HOURGLASS
⏳
⏳
⏳Renjun dan Haechan duduk di pinggiran ranjang, menatap pada Jaemin yang sejak tadi menunjukkan tatapan kosongnya. Mark sudah pergi sejak dua jam yang lalu, pemuda itu tidak bisa menahan diri untuk tidak mencari Jeno.
"Na, kau makan ya sekarang? Aku takut jika keadaanmu akan semakin memburuk nantinya." Renjun mencoba membujuk lagi.
Sudah lima kali lebih Renjun dan Haechan mencoba untuk membuat Jaemin makan tetapi mereka terus mendapatkan penolakan.
"Aku tidak lapar," dan sudah lima kali lebih pula Jaemin mengatakan itu sebagai balasan atas ucapan Renjun ataupun Haechan.
Renjun menghela napasnya. Sejak melihat keadaan Jaemin, pemuda itu terus berjanji pada dirinya sendiri akan menghajar Jeno jika mereka bertemu nanti.
"Tapi Na, Mark hyung sudah membelikanmu sup. Kau harus makan lalu setelah itu minum obat." Haechan pun berusaha lagi untuk membujuk.
Jaemin tetap menggeleng. "Kalian yang makan saja."
"Ck, apa Jeno sekasar itu sampai membuatmu jadi begini?!" Renjun akhirnya meluapkan kekesalannya.
Bagaimana tidak kesal jika ia tiba-tiba menemukan Jaemin dalam keadaan tidak baik. Jaemin yang memiliki kebiasaan tersenyum dan sedikit cerewet tiba-tiba berubah menjadi sosok pendiam dengan tatapan kosongnya.
Renjun tahu jika Jaemin sedang sakit dan orang sakit pasti tidak banyak berbicara. Tapi Renjun sudah mengenal baik bagaimana Jaemin. Sahabatnya itu akan selalu tersenyum dan menyahut jika ia maupun Haechan berbicara.
"Jeno itu memang jahat sekali. Pergi meninggalkanmu begitu saja padahal kau sedang sakit." Gerutu Haechan.
Jaemin sedikit menundukkan kepalanya, bibirnya tersenyum kecut. Bahkan ia tidak menyadari jika Jeno pergi. Tidak sama sekali karena dipikirannya hanya dipenuhi dengan perlakuan kasar Jeno terhadapnya kemarin malam.
Jeno telah merusaknya meskipun laki-laki itu telah memiliki kuasa penuh atas Jaemin. Perasaan Jaemin terus meraung mengekspresikan rasa terlukanya.
"Sekarang katakan padaku, apa Jeno menyakitimu?" Renjun bertanya, menatap serius pada Jaemin.
Ya, sangat. Batin Jaemin.
"Apa kalian melakukannya selama berjam-jam? Sampai kau demam seperti ini. Aku yakin pasti telah terjadi sesuatu yang tidak baik." Haechan menambahi.
Kau benar, batin Jaemin.
Bahkan Jeno menuntut haknya seperti orang kesetanan, tak peduli bagaimana Jaemin berusaha untuk meminta Jeno berhenti. Jeno bahkan sengaja menulikan pendengarannya dan terus membuat Jaemin meraung kesakitan di bawah kungkungannya.
"Katakan padaku, Na. Jeno menyakitimu bukan?" Renjun bertanya lagi.
"Tidak." Pada akhirnya Jaemin tidak bisa egois dan marah pada Jeno.
"Kau berbohong?" Renjun mendelikkan pandangannya.
"Tidak, Renjun-a." Jaemin mencoba meyakinkan sahabatnya itu.
Jaemin tak bisa marah pada Jeno meskipun kenyataannya hatinya terluka akan sikap kasar Jeno. Jeno hanya meminta haknya dan Jaemin juga mengerti jika Jeno sedang dikendalikan oleh amarahnya.
Hanya saja Jaemin terluka karena mereka melakukannya tanpa dasar memiliki perasaan satu sama lain. Jeno bahkan terkesan memperkosanya dibandingkan melakukannya sebagai seorang suami. Kejadian pahit yang berakhir di sepertiga malam itu nyatanya hanya dipenuhi dengan amarah dan nafsu belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass (NOMIN)
Fanfiction[REVISI] "Waktu yang menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Terkadang waktu yang salah bisa menjadi yang paling sempurna" Bagi Na Jaemin, menikahi seorang Jung Jeno adalah sebuah fatamorgana. Kehidupannya selalu dipermainkan oleh waktu. Sedeti...