HOURGLASS
⏳
⏳
⏳
Jaemin menatap dirinya pada pantulan kaca. Bibirnya tersenyum kecil. Badannya sudah bersih dan ia pun juga sudah merapikan kamarnya yang sempat berantakan akibat ulahnya dan Jeno.Saat membuka mata tadi Jaemin sempat terkejut karena kesiangan. Padahal ia sudah berjanji pada Renjun, Haechan, dan Taeyong jika ingin menyiapkan kejutan untuk Jeno di pagi hari. Tapi apa boleh buat, tubuhnya merasa sangat lelah.
Jujur saja, Jaemin sedikit tidak habis pikir dengan Jeno. Energi suaminya itu seolah terus bermunculan dan membuat Jaemin hampir pingsan karena hasrat Jeno yang tak kunjung mereda.
Pria manis itu lantas pergi keluar kamar. Melangkah menuju ke ruang keluarga di mana telinganya mendengar sumber suara.
Jaemin tersenyum kaku saat semua atensi orang-orang di hadapannya kini tertuju padanya.
"Nana? Sini duduk deket Mami." Ajak Ten langsung saat melihat kehadiran Jaemin.
Jaemin mengangguk pelan dan langsung mengambil tempat di samping Ten.
"Badan kamu udah enakan, Na?" Winwin menatap pada sang putra.
"Ha? O-oh, iya. Semalem perut Nana sempat mual lagi."
"Perasaan udaranya gak dingin-dingin banget deh sampai harus pake turtle-neck." Timpal Haechan yang melirik aneh pada Jaemin yang berada di sampingnya.
"Kamu kedinginan? Mau Mama buatin galbitang atau sup? Kamu belum makan juga kan?" Tawar Taeyong yang langsung mendapatkan gelengan dari Jaemin.
"Enggak usah, Ma. Nana cuma kedinginan aja kok."
Renjun mendelik curiga. Hari sudah siang dan ia juga sudah mulai merasakan panas tapi Jaemin justru memakai pakaian hangat.
Mata Renjun sedikit membola karena terkejut saat tak sengaja melihat beberapa tanda merah lebam di leher Jaemin ketika Jaemin bergerak.
Sekarang ia paham. Gelagat aneh Jeno pagi tadi dan juga Jaemin yang tiba-tiba memilih memakai pakaian hangat, pasangan itu hanya berusaha untuk menutupi hasil perbuatan mereka. Renjun hanya bisa menggeleng pelan, rasanya ia malu telah melihat bekas kissmark di leher Jaemin.
"Mama, Injun, Chan, maaf ya jika aku tidak bisa membantu untuk kejutan Jeno. Aku sungguh tidak tahu jika akan bangun kesiangan." Jaemin menunjukkan raut wajah bersalahnya.
"Ya..Ya...tidak papa. Aku paham." Renjun menyahut dengan wajah jengah.
Jujur saja saat ini ia sendiri pun ingin tertawa terbahak-bahak karena Jaemin yang mencoba menyembunyikan hasil perbuatannya dengan Jeno.
"Ayah!" Pekik Jaemin dengan wajah dan senyuman bahagiannya saat melihat kedatangan Yuta.
Jaemin beranjak dan langsung memeluk sang ayah. Yuta menyambutnya dengan senang hati, ia merasa lega karena Jaemin bahagia hari ini.
"Ayah kapan datang? Seharusnya Ayah kabarin Nana dulu biar Nana bisa jemput Ayah di bandara." Ujar Jaemin yang sedikit menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Yuta tanpa melepaskan rangkulan tangannya pada badan sang ayah.
"Tadi pagi. Kamu udah baikan?" Yuta bertanya dengan satu tangannya yang bergerak untuk merapikan surai rambut sang putra yang sedikit berantakan.
Kening Yuta mengernyit saat pandangannya tak sengaja menangkap bercak lebam pada leher sang anak, ada juga di area telinga namun terlihat lebih samar-samar. Saksi kedua yang telah diperlihatkan sesuatu yang tidak seharusnya. Yuta tersenyum dalam hatinya, pantas saja putranya bangun terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass (NOMIN)
Fanfiction[REVISI] "Waktu yang menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Terkadang waktu yang salah bisa menjadi yang paling sempurna" Bagi Na Jaemin, menikahi seorang Jung Jeno adalah sebuah fatamorgana. Kehidupannya selalu dipermainkan oleh waktu. Sedeti...