32 || Hati Yang Retak

3.9K 279 11
                                    

HOURGLASS




Rutinitas Jaemin kembali setelah semalam ia kembali ke apartemen bersama dengan Jeno. Jaemin tetap bersikap biasa dengan Jeno dan belum mengatakan apapun sampai saat ini.

Suara pintu terbuka membuat Jaemin mengalihkan pandangannya. Jeno baru saja keluar dari kamar mandi, wajahnya sudah segar dengan rambut basahnya yang belum dikeringkan.

Jeno duduk di pinggiran kasur dan Jaemin mengambil handuk milik sang suami lalu mengeringkan rambut milik Jeno.

"Apa pekerjaanmu hari ini sedikit?" Jaemin membuka suara sambil terus mengeringkan rambut Jeno.

"Hm. Papa sudah kembali jadi aku sedikit memiliki waktu luang."

"Tidak mengambil libur saja?" Tanya Jaemin.

"Tidak. Pekerjaanku sedikit bukan berarti aku tidak memiliki kesibukan hari ini. Aku akan ke kantor Ayah hari ini." Tutur Jeno.

"Tumben sekali. Apa Ayah memintamu untuk datang?" Jaemin beranjak turun dari kasurnya setelah selesai dengan kegiatannya mengeringkan rambut Jeno.

"Tidak. Saham di perusahaan Ayah turun drastis, aku hanya ingin bertanya apa yang terjadi pada Ayah. Ini sedikit tidak masuk akal."

Jaemin menyerahkan kemeja putih pada Jeno. Masalah sebesar ini, apakah ayahnya baik-baik saja?

Yuta selalu membagi masalahnya hanya dengan Winwin dan Jaemin hampir tidak pernah mengetahui masalah apa yang sedang terjadi pada Yuta.

"Mungkin salah satu kolega Ayah membatalkan kerjasamanya atau mungkin saja Ayah kalah tender." Ucap Jaemin.

"Jika itu benar, kerugiannya tidak sampai sebesar ini. Perusahaan Ayah di Jepang yang paling membuatku bingung, seperti roboh hanya dalam satu malam."

Jeno membuka kaos miliknya lalu memakai kemeja kerjanya. Ia juga menerima uluran jas dari Jaemin dan memakainya membuat Jeno nampak terlihat sempurna.

"Apa kau baik-baik saja?" Jeno bertanya saat melihat Jaemin hanya diam saja.

"Hum, aku baik-baik saja."

Jeno mengangguk. Ia sudah mulai terbiasa dengan mood Jaemin yang berubah-ubah.

"Apa hasil tes dna itu sudah keluar?"

"H-ha?" Jaemin spontan menatap pada Jeno.

Kening Jeno sedikit mengernyit, Jaemin seperti tidak fokus sejak tadi.

"Kutanya sekali lagi, apa kau baik-baik saja Jaemin-a?" Kali ini sorot mata Jeno terlihat serius.

"Aku baik Jeno. Kau pulang jam berapa nanti?" Jaemin bergerak untuk memasangkan dasi di leher Jeno.

Jaemin terlihat cukup ahli mengenai memasang dasi. Bukankah sandiwaranya cukup mengesankan?

Jujur saja, Jaemin merasa kesulitan untuk bersikap seperti ini pada Jeno. Jaemin ingin melupakan segalanya namun tidak bisa.

"Mungkin malam."

Jaemin menjauhkan dirinya setelah selesai memasangkan dasi sang suami.

"Ayo sarapan. Aku tidak sempat memasak, malas rasanya. Aku buatkan roti selai saja ya?" Ucap Jaemin.

"Hm."

Pasangan itu keluar dari kamar mereka untuk menuju ke meja makan. Jaemin dengan cekatan langsung mengambil dua lembar roti gandum dan ia olesi dengan selai kacang favorit Jeno.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang