23 || Winwin dan Jaemin

3.3K 304 2
                                    

HOURGLASS




Sebuah mobil silver berbelok ke arah pekarangan rumah kecil. Dua pria bermarga Jung keluar dari mobil dan melangkah menuju ke arah bangunan di hadapan mereka.

Bukan menginap di sebuah hotel seperti di perjalanan bisnis lainnya, kali ini Jeno dan Mark tinggal di sebuah rumah sewa yang cukup minimalis namun terlihat sangat indah di pandang.

Jaehyun yang telah menyewanya dengan alasan jika lokasi hotel terlalu jauh dari tempat perusahaan klien mereka.

"Di mana Dejun dan Sohye?" Tanya Mark pada Irene yang terlihat bersantai di ruang tengah sambil menonton televisi.

Irene yang mendengar suara atasannya langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. Jeno mengerlik malas, Irene sangat pintar tetapi sangat tidak memiliki etika.

"Mereka sedang pergi keluar sebentar, Mark-ssi."

"Menggunakan apa? Mobil sewanya aku gunakan bersama Jeno tadi." Mark bertanya lagi.

"Aku tidak tahu. Mungkin mereka naik memesan taxi atau berjalan kaki."

Mark mengangguk paham. Meski ia adalah seorang atasan di sini tetapi ia akan membiarkan rekan-rekan kerjanya untuk pergi keluar meski sekedar berjalan-jalan saja saat di luar jam kerja.

"Kau sudah bertemu dengan presdir Kai?"

"Sudah dan presdir Kai menyetujui ide bisnis dari kita. Aku akan menemuinya lagi besok untuk menjelaskan dan memberikan beberapa informasi lebih lanjut." Jelas Irene.

"Bagus." Mark tersenyum simpul.

"Aku akan membersihkan diri. Kau pesanlah makanan untuk malam ini." Ujar Mark pada Jeno.

Jeno memandang Mark yang mulai menghilang dari hadapannya dengan tatapan malas. Sejak Mark memilih fokus untuk menggantikan posisi Jaehyun sifatnya jauh lebih menyebalkan. Jeno mencoba untuk paham, setidaknya sifat menyebalkan Mark adalah ungkapan dari rasa kelelahannya.

"Jeno-ssi," panggil Irene.

Jeno kembali mengerlik malas. Ia lupa jika ada orang lain yang masih bersama dengannya.

Irene beranjak untuk mengambil remot televisi, ia lalu memindah channel televisi pada sebuah berita dan menunjukkannya pada Jeno.

"Jeno-ssi, lihatlah. Ada penembakan di supermarket daerah Hannam. Bukankah itu daerah kediaman Nakamoto?" Ujar Irene sambil mengalihkan pandangannya bergantian pada televisi dan Jeno.

Jeno mengarahkan pandangannya dengan sedikit rasa malas pada layar televisi. Sebuah penembakan memang terjadi di supermarket Hannam, lalu apa urusannya?

"Ini," Irene menunjukkan layar ponselnya pada Jeno. "Bukankah ini adalah Jaemin-ssi? Pemban-ah, maksudku istrimu?"

Kelopak mata Jeno sedikit membola saat melihat wajah Jaemin berada dalam foto yang ditunjukkan oleh Irene. Jeno sudah tahu jika Jaemin menginap di rumah kedua orang tuanya tetapi yang menjadi perhatiannya bukan hal itu.

"Namamu juga ikut terseret dalam berita ini." Lanjut Irene.

Irene benar, namanya ikut terseret dalam sebuah berita penembakan di supermarket itu. Satu tangan Jeno mengepal dengan kuat, rahangnya pun ikut mengeras setelah melihat apa yang terjadi.

Irene sedikit menaikkan satu sudut bibirnya, sedikit berterimakasih pada otak pintarnya yang dengan cepat mengatasi sebuah masalah yang tidak bisa dilakukan oleh kakaknya sendiri.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang