22 || Supermarket

3K 303 0
                                    

HOURGLASS




Jaemin menuruni tangga rumahnya. Pagi ini rasa malasnya semakin bertambah karena ia semalam tidur di atas kasur kesayangannya.

Perasaannya sangat bahagia melihat kondisi kamarnya tidak berubah sedikitpun. Dekorasi dan penataannya masih sama seperti saat terakhir kali Jaemin meninggalkan rumahnya. Hanya sprei dan sarung bantal saja yang berubah.

"Selamat pagi Tuan Jaemin." Sapa Bibi Seo saat melihat anak majikannya berkunjung ke dapur.

"Pagi bibi." Sapa Jaemin balik.

Jaemin bergerak untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia di dapur. Menatap pada sosok wanita paruh baya yang telah mengabdi pada keluarganya sejak sebelum ia terlahir ke dunia.

"Apa kau menginginkan sesuatu?" Tanya Bibi Seo.

"Eum...tolong buatkan aku telur gulung ya? Aku merindukan telur gulung yang dibuatkan oleh Bibi." Pinta Jaemin.

Bibi Seo terkekeh pelan. "Tanpa garam? Aku benarkan? Selama seleramu belum berubah."

"Tentu saja belum. Tapi tolong tambahkan banyak lada, aku sedang ingin makanan yang pedas."

"Tapi ini masih pagi, Jaemin." Ingat Bibi Seo.

Jaemin tersenyum lebar. Ia pikir Bibi Seo akan memanggilnya lagi dengan embel-embel tuan, tapi beruntung saja wanita yang sudah ia anggap sebagai keluarga sendiri itu masih memanggilnya dengan nama secara langsung.

"Apa masalahnya? Asal jangan beritahu Bunda saja maka semuanya akan aman."

Bibi Seo menggelengkan kepalanya. Kebiasaan Jaemin yang keras kepala dan juga perihal seleranya yang ekstrim memang belum berubah sejak dulu. Sifatnya yang seperti itu yang terkadang membuat Winwin selalu mengomel dan berujung Bibi Seo atau Yuta yang akan menjadi tamengnya.

Jaemin tidak pernah mendapatkan hukuman karena setiap kali ia melakukan kenakalan Yuta dan Bibi Seo yang akan maju dan mengatakan seribu jurus pembelaan pada Winwin yang sedang mengomeli Jaemin.

"Di mana Ayah? Apakah sudah berangkat kerja?" Jaemin menoleh ke belakang sejenak. Tumben sekali kedua orang tuanya belum nampak di jam segini.

Untuk Yuta mungkin Jaemin bisa menebak jika ayahnya itu mungkin sudah berangkat bekerja tapi untuk sang bunda, Jaemin bahkan sedikit heran mengapa orang yang selalu bangun pertama kali justru belum menampakkan dirinya.

"Tuan Na sedang berada di ruang tamu, aku rasa Tuan Na sedang berbicara dengan seseorang lewat telepon."

Jaemin mengangguk. "Bunda?"

Bibi Seo terdiam sejenak. Pikirannya sedang berkecamuk saat ini, apakah ia harus berkata jujur atau diam saja.

"Bibi kenapa diam? Apa terjadi sesuatu?" Raut wajah Jaemin berubah menjadi serius saat melihat Bibi Seo terdiam dengan wajah seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu.

"Maaf Tuan muda, tapi sepertinya Nyonya Na sedang berisitirahat."

Jaemin mengernyit tak mengerti. Semalam ibunya terlihat baik-baik saja meski Jaemin sempat menangkap kegelisahan dari wajah Winwin.

"Ah, begitu. Aku akan ke depan menemui Ayah. Jika bibi butuh bantuan bisa panggil aku saja, oke?"

Bibi Seo mengangguk kecil, matanya tak luput memandang pada kesayangan dari majikannya yang sudah beranjak pergi dari dapur.

Jaemin menghampiri sang ayah yang saat ini sedang duduk di sofa sambil bermain dengan ponselnya. Keanehan kedua yang Jaemin rasakan adalah mengapa Yuta masih berada di rumah sedangkan biasanya di jam seperti ini ayahnya itu sudah sibuk bekerja.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang