14 || Penyelidikan

3.3K 339 6
                                    

HOURGLASS




Dua hari ini Jeno dibuat terheran dengan sikap Jaemin. Pria manis itu berubah menjadi sosok pendiam yang hanya mengatakan beberapa patah kata saja dan sisanya hanya terdiam seperti orang bisu.

Setelah kejadian alkohol yang membuat Jaemin mabuk berat, Jaemin seakan terus menghindar dari Jeno. Awalnya Jeno berpikir jika pasangannya itu menghindar karena malu atas sifat konyolnya saat mabuk tapi jika diperhatikan lagi Jaemin tidak hanya sekedar menghindar tetapi sikap dan cara bicaranya pun berubah seperti Jeno. Ketus dan dingin.

Pikiran Jeno terbuyarkan saat mendengar suara ketukan di pintu ruangannya. Sosok wanita berambut panjang, digerai dengan indahnya berjalan memasuki ruangan Jeno sambil tersenyum lebar.

"Selamat pagi Jeno-ssi," sapa wanita itu.

Jeno mengerlik malas. "Untuk apa kau kemari?"

"Hei, aku sudah lama tidak bertemu denganmu semenjak kau memindahkanku ke divisi lain. Tidakkah kau menyesal atas keputusan sepihakmu itu?" Wanita itu merengut kesal.

"Sudah baik aku tidak memecatmu, Irene." Ketus Jeno.

"Tentu saja kau tidak bisa memecatku. Aku mempunyai keahlian yang sangat dibutuhkan di perusahaan ini." Irene berujar bangga dan penuh percaya diri.

Jeno menarik napasnya dalam-dalam, berusaha untuk lebih sabar menghadapi mantan sekretarisnya itu.

"Cepat katakan apa tujuanmu menemuiku. Aku tidak punya banyak waktu untuk wanita licik seperti dirimu." Perintah Jeno.

"Well, kau mengataiku wanita licik sementara kita berdua pernah berciuman di sini. Kau tidak ingat Jeno-ssi? Kita berdua berciuman sampai pembantumu itu datang dan mengganggu. Bukankah kita sama-sama liciknya?"

"Kau menjebakku dan aku tidak ingin membahasnya lagi. Lebih baik kau katakan saja apa tujuanmu ke sini atau kau bisa pergi berhubung aku belum berniat mengusirmu secara kasar." Tegas Jeno pada Irene.

"Oke-oke, kau tidak perlu berkata ketus padaku seperti itu. Aku kemari karena aku yang akan mendampinginmu untuk bertemu dengan presdir KLAR. Kita akan berangkat lima belas menit lagi." Irene berujar dengan sopan layaknya karyawan berbicara pada bosnya.

Raut kesal di wajah Jeno semakin terlihat dengan jelas. Mengapa dari semua karyawan harus wanita licik seperti Irene yang menemaninya untuk bertemu dengan kliennya.

Jeno mengumpati Dejun dalam hatinya. Sudah pasti asisten pribadinya itu yang memilih Irene untuk menemaninya.

Pria itu langsung beralih pada telepon kantor. Ia akan menghubungi Dejun dan meminta penjelasan.

"Percuma Jeno-ssi, Dapyeo-nim yang menyuruhku untuk menemanimu." Sahut Irene saat mengerti tujuan Jeno untuk menelpon.

Jeno mengepalkan tangannya. Doyoung memang sangat suka mencari gara-gara dengannya.

"Aku akan menunggumu di bawah. Sampai jumpa Jeno-ssi," ujar Irene sambil menunjukkan senyuman manisnya.

Setelah memastikan Irene pergi dari hadapannya, Jeno langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Doyoung.

"Hyung apa maksudmu menyuruh Irene untuk menemaniku bertemu dengan presdir KLAR?!" Jeno mengajukan protesnya saat sambungan teleponnya tersambung.

"Hey, kenapa kau selalu tidak sopan padaku?! Irene akan sangat membantu karena dia pintar untuk bernegosiasi."

"Tapi tidak harus Irene."

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang