HOURGLASS
⏳
⏳
⏳
Pukul dua dini hari Jeno terbangun dan menolehkan kepala, menemukan Taeyong yang sibuk menimang bayi kecilnya yang sedang menangis."Baby kenapa, Ma?" Tanya Jeno dengan rasa kantuk yang masih tersisa.
"Gak tau, udah setengah jam nangis terus."
Jeno beranjak untuk mendekat dan meminta Taeyong untuk menyerahkan sang baby padanya.
"Kenapa kau menangis di tengah malam dan merepotkan Momma, hm?" Tanya Jeno sembari mencoba menenangkan baby-nya.
Biasanya sang baby akan langsung tenang saat Jeno menggendongnya tapi entah mengapa kali ini anaknya itu tidak mau berhenti menangis.
"Kita panggil suster aja, Ma." Kata Jeno.
"Gak perlu, Jen. Mereka juga butuh istirahat. Mungkin sebentar lagi juga berhenti nangisnya."
Jeno mengangguk saja dan kembali mencoba menenangkan bayinya. Meski masih terlihat kaku, Jeno sudah mulai terbiasa untuk menggendong anaknya itu.
"Nana masih belum sadar juga?" Tanya Jeno pada Taeyong.
"Belum." Balas Taeyong.
Jeno menghela napasnya. Sudah beberapa jam terlewat setelah operasi namun keadaan Jaemin masih tetap sama.
Jika bertanya di mana Winwin, nyonya Nakamoto itu berhasil dibujuk oleh Yuta untuk pulang sejenak dan beristirahat. Jaehyun juga datang berkunjung dan saat ini suami dari Taeyong itu sedang keluar untuk mencari segelas kopi.
"Sayang, kenapa gak mau berhenti nangisnya?" Taeyong memandang khawatir pada cucunya yang masih terus menangis.
"Ada apa?" Jaehyun datang dengan membawa tiga kopi di tangannya.
"Dia tidak mau berhenti menangis." Jawab Taeyong.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Jaehyun lagi.
"Tidak ada. Hanya tiba-tiba menangis dan aku sudah mencoba menenangkannya selama hampir setengah jam." Ucap Taeyong.
"Dekatkan dia pada ibunya." Ucap Jaehyun.
"Tapi Nana masih belum sadar." Kata Jeno.
"Kamu dulu juga sering nangis waktu masih bayi, Papa aja sampe bingung nenanginnya padahal udah Papa gendong. Giliran Papa kasih kamu ke Mama kamu langsung diem nangisnya." Ujar Jaehyun. Sedikit dejavu melihat bagaimana cucunya sekarang.
Jeno mencoba mengikuti saran Jaehyun dengan membawa bayinya mendekat pada Jaemin.
"Letakkin aja di samping Nana atau letakkin di atas tubuh Nana tapi pelan-pelan." Ucap Jaehyun yang sudah berpengalaman mengurus dua anak.
"Iya." Jeno meletakkan bayinya dengan hati-hati di samping tubuh Jaemin yang tertidur.
Ajaib. Tangisan bayinya perlahan mereda dan justru menggeliat seolah mencari kenyamanan pada tubuh Jaemin meski tubuh bayinya terbungkus oleh kain gedongan.
"Dia persis kayak kamu, Jen." Ucap Jaehyun tersenyum hangat memandangi anak bungsunya yang kini sudah menjadi seorang ayah.
Jeno tersenyum simpul memandangi istri dan anaknya yang matanya sama-sama terpejam. Sudah cukup lama tetapi Jaemin masih belum menunjukkan tanda-tanda akan kesadarannya.
Jeno merindukan Jaemin, sangat. Meski mata indah Jaemin terpejam belum genap dua puluh empat jam. Tetapi mengingat bagaimana kejadian di apartemennya, Jeno sangat-sangat menyesal. Selalu terbesit rasa takut akan kehilangan setiap melihat Jaemin terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass (NOMIN)
Fanfiction[REVISI] "Waktu yang menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Terkadang waktu yang salah bisa menjadi yang paling sempurna" Bagi Na Jaemin, menikahi seorang Jung Jeno adalah sebuah fatamorgana. Kehidupannya selalu dipermainkan oleh waktu. Sedeti...