16 || Foto

3.5K 357 9
                                    

HOURGLASS




Jaemin meletakkan beberapa barang belanjaannya di atas meja dapur. Sebelum benar-benar pulang, Jaemin menyempatkan diri untuk pergi ke supermarket dan membeli beberapa barang persediaan.

Sudah cukup satu hari ini Jaemin menenangkan dirinya. Tadi pagi dengan kebetulan ia bertemu dengan Irene dan mendapatkan jawaban apa yang Jaemin inginkan, lalu menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya meski lebih banyak bersama Winwin karena Yuta harus segera bekerja.

Jaemin akan bersikap biasa lagi pada Jeno, setidaknya ia tidak berusaha untuk menjauh dari Jeno seperti pagi tadi karena hatinya sudah tenang.

Jaemin rasa Jeno sedang tidur atau berada di ruang kerjanya karena keadaan apartemen sangat sepi atau mungkin suaminya itu sedang pergi keluar. Entahlah, Jaemin hanya tahu jika hari ini ia tidak perlu memasak makan malam karena ia dan Jeno akan berkunjung ke rumah mertuanya.

Saat ingin memasukkan beberapa bahan ke dalam kulkas, atensi Jaemin langsung teralihkan pada tong sampah. Lebih tepatnya pada sesuatu yang di buang di sana.

Jaemin buru-buru meletakkan beberapa buah yang ia pegang ke dalam kulkas lalu mendekat pada tempat sampah dapur. Tangannya mengambil sebuah kotak yang tutupnya sudah sedikit lecet.

Jaemin langsung membuka kotak itu dan membelalak saat melihat isinya. Perasaan Jaemin yang tenang berubah menjadi bergemuruh, Jaemin tidak mengerti mengapa sesuatu yang ia pesan justru berakhir di tempat sampah.

Jaemin segera mengeluarkan sebuah parka dari dalam kotak yang sempat di buang itu. Parka yang belum terkena noda ataupun rusak, Jaemin buru-buru melindunginya dan mendekapnya.

"Kau sudah pulang?" Suara Jeno terdengar.

Jaemin tersadar dari pikirannya dan berbalik untuk menatap pada Jeno. Jaemin tidak menjawab apapun dan hanya mengangguk.

Jeno mengernyit melihat Jaemin memeluk sesuatu yang sudah ia buang tadi. Sesuatu pemberian Minho yang tidak seharusnya berada dalam dekapan Jaemin.

"Kenapa barang itu bisa ada padamu? Aku sudah membuangnya." Ujar Jeno ketus.

Jaemin semakin dibuat kaget. Jadi Jeno sendiri yang membuangnya?

Entah mengapa Jaemin merasa sangat marah saat ini. Jaemin tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini ia sulit sekali mengendalikan emosinya.

"Kenapa kau membuangnya?" Jaemin menatap pada Jeno dengan ekspresi menuntut jawaban.

"Selingkuhan mu yang memberikannya. Itu untukmu dan aku tidak suka. Kau tidak seharusnya menerima sesuatu dari pria lain." Jeno menjawab dengan raut wajah datar. Sebenarnya Jeno sudah kesal mengingat apa yang terjadi pagi hari tadi.

"Minho hyung bukan selingkuhanku Jeno!" Tegas Jaemin.

Jujur saja Jeno cukup tersentak dengan Jaemin yang meninggikan suaranya. Ada apa dengan Jaemin akhir-akhir ini? Jeno masih tidak menyadari apa yang terjadi.

"Lalu apa? Kau memberikan alamat apartemenku pada pria lain tanpa seizin dariku? Kau berniat melakukan sesuatu di sini saat aku tidak ada?" Dan entah mengapa Jeno mengeluarkan ucapan yang justru semakin membuat Jaemin menatapnya marah.

Jeno tahu ia tidak seharusnya mengatakan itu. Jeno juga sangat tahu jika diam adalah reaksi yang benar saat menghadapi kemarahan Jaemin. Saat ini Jeno berani mengakui ucapan orang-orang terdekatnya bahwa ia memang sudah berubah.

"Kenapa kau selalu menuduhku tanpa alasan?"

Jaemin ingin menangis saat ini. Ia sudah tidak tahan lagi jika Jeno selalu menganggapnya berselingkuh. Selama ini Jaemin selalu mengatakan dan meminta izin pada Jeno dengan siapa saja ia akan bertemu. Lalu mengapa Jeno selalu menganggapnya berselingkuh?

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang