Hourglass
⏳
⏳
⏳
Hubungan Jeno dan Jaemin masih terlihat canggung tetapi pasangan itu memilih untuk kembali memulai kegiatan mereka seperti biasa.Jaemin kembali pulang ke apartemen Jeno setelah suaminya itu menjemputnya dari sekolah kemarin. Jaemin juga sudah tidak menyimpan rasa marah ataupun kesal pada Jeno, ia sudah memaafkan Jeno meski Jaemin merasa tak berhak untuk marah pada suaminya sendiri.
Dan pagi ini, entah ada setan dari mana, Jeno tiba-tiba duduk dan mengambil piring untuk memakan sarapan buatan Jaemin.
Jaemin sempat memicingkan matanya, curiga jika Jeno di hadapannya kini bukanlah Jeno suaminya. Melainkan orang lain yang memiliki wajah sama atau parahnya adalah jelmaan setan.
"Tumben kau sarapan di rumah," sindir Jaemin yang saat ini sedang mengambilkan nasi untuk Jeno.
"Aku libur jadi punya waktu untuk sarapan."
Benar. Jaemin baru sadar jika Jeno tidak memakai pakaian kerjanya saat ini.
"Kenapa? Bukanya tiap hari kau selalu sibuk? Sampai sarapan saja tidak pernah." Ujar Jaemin. Pemuda manis itu lantas menggeret kursi untuk duduk.
"Apa aku harus menjawab pertanyaanmu?"
Jaemin mencebik. "Cih, menyebalkan."
Jeno tak bersuara lagi dan memilih untuk memasukkan suapan pertamanya ke dalam mulut. Sedangkan Jaemin, matanya sudah was-was memandang pada Jeno.
Jaemin khawatir tentang rasa masakannya. Masakan Jaemin tidak pernah ditunjukkan pada siapapun kecuali pada orang tuanya dan juga Bibi Seo dan Jeno juga baru memakan sarapan Jaemin hari ini.
"Bagaimana?" Tanya Jaemin.
"Apanya?" Jeno balik bertanya tanpa menatap pada Jaemin.
"Makananya. Apakah rasanya aneh?" Jaemin menggigit sedikit ujung bibirnya.
Jeno tak menjawab untuk beberapa detik membuat Jaemin semakin was-was saja.
"Hm."
"Ish, kau itu bisa menjawab dengan benar tidak sih? Masak iya aku harus mengajarkanmu berbicara dengan baik dan sopan. Seperti anak kecil tahu tidak?" Protes Jaemin.
Jeno mengerlik malas. "Biasa aja."
Jaemin mendecak. Bicara dengan Jeno itu hanya menguji kesabarannya saja. Entah dari mana sikap menyebalkan Jeno itu berasal, ayah mertuanya saja sangat ramah dan Taeyong juga sangat cerewet.
Lalu Jeno? Berbicara saja irit. Rasanya Jaemin ingin menukar Jeno dengan Mark saja. Sudah pasti hidupnya akan jauh lebih baik dan penuh dengan kebahagiaan.
Beruntunglah Haechan yang mendapatkan Mark. Jaemin iri, tapi apa boleh buat.
"Aku akan mengantarmu ke sekolah," kata Jeno tiba-tiba
"Tidak perlu. Kau santai saja di rumah, jarang-jarang kan dapat libur?"
Jeno menatap pada Jaemin. Jika dibiarkan sendiri, Jeno bisa dihantam oleh Yuta jika ketahuan menelantarkan putra kesayangannya.
Yah, meski Yuta tidak seseram dan se-menyebalkan Jaehyun jika sudah marah.
"Naik apa?" Tanya Jeno.
"Ha?" Jaemin menatap cengoh. Kesal sendiri, Jeno jika sudah berbicara suka singkat-singkat tidak jelas.
"Naik apa ke sekolah?" Ulang Jeno jengah.
"Oh, biasanya naik bus. Naik taxi juga tidak papa, tergantunglah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass (NOMIN)
Fanfiction[REVISI] "Waktu yang menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Terkadang waktu yang salah bisa menjadi yang paling sempurna" Bagi Na Jaemin, menikahi seorang Jung Jeno adalah sebuah fatamorgana. Kehidupannya selalu dipermainkan oleh waktu. Sedeti...