13 || Sebuah Suara

3.7K 362 2
                                    

HOURGLASS



Matahari belum sepenuhnya terbit tetapi seseorang sudah bergelut di dapur untuk menyiapkan makanan. Pria manis yang masih menggunakan piyamanya itu terlihat sibuk dengan peralatan dapurnya.

Jaemin tersenyum puas menatap hasil karyanya, ia menyajikan dua hidangan utama dan juga beberapa menu pelengkap. Entah usahanya ini akan dihargai atau diabaikan lagi oleh Jeno, Jaemin tidak ingin mengetahuinya.

Kepuasannya harus terganggu sejenak saat Jaemin melihat kedatangan Jeno. Dahinya mengernyit saat melihat Jeno sudah siap dengan setelan kerjanya sedangkan hari masih sangat pagi untuk bekerja.

"Kau sudah siap? Apa kau akan berangkat sekarang?" Tanya Jaemin.

Jeno menggeleng. Tangannya sibuk mengancing kemejanya.

"Kau akan sarapan dulu kan? Atau mau kubuatkan bekal saja agar kau bisa sarapan di kantor?" Jaemin bertanya lagi.

Jeno tak menjawab dan justru menggeret kursi untuknya duduk. Jaemin yang mengerti pun langsung tersenyum simpul dan menyodorkan satu piring yang berisi sarapan kepada Jeno.

Jaemin juga ikut duduk bersama dengan Jeno. Perasaan Jaemin sangat senang karena akhir-akhir ini Jeno lebih memilih untuk sarapan di rumah.

"Jeno, bisakah aku mengatakan sesuatu?" Jaemin menatap pada Jeno yang sudah menyantap makanannya.

Jeno membalas tatapan Jaemin sejenak lalu mengangguk pelan.

"Akan ada acara makan malam dengan rekan-rekan kerjaku nanti. Makan malam di restoran kecil di dekat sekolah, bolehkah aku pergi?"

Jaemin menatap ragu pada Jeno sedangkan yang ditatap justru terlihat tenang dengan sarapannya.

"Jeno?" Panggil Jaemin lagi.

Jeno menghela napasnya lantas menatap pada Jaemin.

"Jika aku bilang tidak apa kau akan menurut?"

Jaemin mengernyit, ada sedikit rasa tidak suka mendengar jawaban Jeno.

"Tapi kenapa?" Jaemin mencoba bertanya.

Jeno diam tak menjawab dan justru kembali memakan sarapannya dengan tenang. Sedangkan Jaemin, pria manis itu mencoba memutar otak untuk mencari alasan. Jujur saja, ia tidak enak menolak ajakan dari guru-guru di sekolahnya.

"Aku hanya akan makan malam bersama teman-teman, tidak enak jika menolak terlebih lagi kami juga ingin merayakan keberhasilan Minho hyung dalam pamerannya." Tutur Jaemin.

Pergerakan tangan Jeno langsung terhenti sejenak. Apa yang dia ingin dengar akhirnya terlontar dari mulut Jaemin.

"Bukankah aku sudah bilang jika kau bisa melakukan sesuatu sesuka hatimu?" Jeno membalas dengan sedikit ketus.

Jaemin mendengus pelan. Jeno masih saja menunjukkan sikap dingin kepadanya. Terlebih lagi raut wajahnya yang selalu nampak buruk jika berbicara dengan Jaemin.

Jaemin hanya ingin menjalankan kewajibannya untuk meminta izin pada Jeno sebelum pergi. Jika Jeno menolak juga tidak papa, Jaemin akan mencoba menerimanya. Tetapi ia juga menginginkan ajakan makan malam itu.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang