38 || Red Rose Bring You Back

3.6K 285 7
                                    

HOURGLASS




Tiga hari terakhir kondisi Jaemin menunjukkan perkembangan hingga membuat sosok yang tertidur lelap hampir satu minggu itu dipindahkan ke ruang rawat intensif. Intensif bukan berarti kondisi Jaemin terlalu mengkhawatirkan melainkan Yuta menginginkan tempat yang terbaik untuk putranya itu.

Pagi ini Jeno berkunjung dengan membawa satu buket bunga untuk Jaemin. Beruntung Yuta sedang tidak berada di ruang rawat Jaemin hingga memudahkan Jeno untuk masuk tanpa ada sebuah suasana menegangkan.

Jeno meraih setangkai mawar putih yang berada di vas dan menggantinya dengan satu tangkai mawar merah. Ia rutin melakukannya karena Jaemin begitu menyukai aroma bunga terlebih lagi mawar.

"Kau sangat menyukai mawar merah kan? Kau sering mengatakannya padaku jika mawar merah selalu melambangkan perasaan seseorang. Kau sering memberikannya pada ayah dan bunda juga mama dan papaku saat hari orang tua. Kali ini kau senang tidak? Untuk pertama kalinya aku memberikan mawar merah kesukaanmu." Ujar Jeno pada Jaemin.

Jeno tersenyum dan meletakkan buket bunga di atas nakas di samping ranjang rawat Jaemin. Ia mengambil kursi dan duduk di dekat ranjang Jaemin.

Beberapa perban sudah terlepas dari tubuh Jaemin menyisakan bekas-bekas luka yang entah kapan akan menghilang. Tangan Jaemin juga terlihat sekamakin mengurus dan Jeno sama sekali tidak menyukainya.

"Sejak dulu kau selalu meminta mawar merah padaku kan di saat hari kasih sayang? Aku selalu memberimu coklat atau makanan lain kesukaanmu dan kau selalu marah dan menganggapku tidak romantis. Kau selalu iri melihat teman-teman kita saling merayakan hari kasih sayang dan kau selalu mengeluhkannya padaku. Kau sama sekali tidak memahami arti sebenarnya dari hari kasih sayang dan itu membuatku selalu ingin tertawa. Mereka yang saling mencintai yang selalu mendapatkan hadiah satu sama lain tapi kau tidak sadar jika sejak kecil kita hanya sebatas sahabat saja." Jeno terkekeh pelan mengingat raut wajah cemberut Jaemin kala itu.

"Mark hyung yang selalu memberikan setangkai mawar merah untukmu dan aku sangat senang saat kau selalu tersenyum lebar saat menerimanya. Aku terlalu pengecut karena aku selalu berpikir tidak pantas memberikanmu mawar merah karena aku hanyalah sahabatmu saja tapi aku bahagia karena selalu berhasil membujuk Mark hyung untuk memberikan mawar merah untukmu. Dan hari ini aku berani memberikannya sendiri padamu karena aku sudah yakin dengan perasaanku."

Pandangan Jeno turun melihat ke arah jari-jari tangannya yang tengah mengusap lembut punggung tangan Jaemin.

"Jaemin-ah...aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Aku sangat bingung bagaimana mengatakan tentang anak kita padamu nantinya. Aku...aku menyesal Jaemin-ah... Aku tidak bisa menjaganya." Jeno menunduk sedih.

Satu hal yang sejak kemarin selalu mengganggu pikirannya, kepergian calon anaknya sungguh membuat Jeno sangat terpuruk. Takdir membuatnya harus banyak menangis akhir-akhir ini.

"Maafkan aku...aku akan selalu meminta maaf padamu perihal anak kita..."

Matanya terpejam dengan kuat membuat satu tetes air matanya jatuh membasahi jari-jari tangannya dan juga tangan Jaemin. Biarkan ia menangis untuk anaknya hari ini. Di hadapan Jaemin, Jeno bersumpah bahwa ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri atas kesalahannya perihal hal ini untuk seumur hidupnya.

Jeno hanya ingin bahagia, itu saja. Mengapa sangat sulit untuk di dapatkan?

Pergerakan kecil yang Jeno rasakan membuat kedua kelopak matanya yang tertutup rapat langsung terbuka. Pandangan Jeno terfokus pada tangan Jaemin dan juga wajah Jaemin secara bergantian.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang