21 || Kenyataan

3.8K 339 4
                                    

HOURGLASS




Jaemin mengerjap pelan. Mulutnya menguap karena rasa kantuknya yang masih mendera dengan jelas. Rasanya ia masih ingin tidur di tengah hawa dingin yang terasa karena semalam hujan turun cukup deras di tambah dengan kehangatan yang menyelimutinya saat ini.

Saat tubuhnya ingin bergerak, Jaemin langsung mengurungkan niatnya karena bingung. Kehangatan yang ia rasakan terasa berbeda dari kehangatan biasanya yang ia rasakan dari selimut miliknya.

Jaemin memaksakan kelopak matanya untuk terbuka, benar-benar terbuka dan mengalahkan sejenak rasa kantuknya. Jaemin merasakan sebuah beban di pinggangnya setelah secara perlahan mencoba menoleh ke belakang.

Jaemin tertegun sejenak saat dihadapkan dengan dada bidang seseorang. Hembusan napas terdengar pelan saat menyadari jika beban yang ia rasakan adalah tangan Jeno yang sedang memeluk pinggangnya.

Wajah Jaemin merona sesaat, jujur saja ia belum terbiasa tidur satu ranjang bersama dengan Jeno. Setelah kembali dari liburan lima hari yang lalu, Jaemin dan Jeno memutuskan untuk tidur dalam satu kamar.

Kemajuan yang cukup pesat untuk hubungan mereka. Namun itu tidak terjadi begitu saja, tepat setelah pulang dari Jeju mereka memang tidur dalam satu kamar tetapi Jeno memilih untuk tidur di sofa. Lalu tepat tiga hari yang lalu, Jaemin sempat bermimpi buruk yang membuat Jeno mau tak mau menenangkannya dan berakhir tidur dengan memeluk tubuh Jaemin.

Lalu kemarin, Jaemin merasa terganggu dengan suara petir dan lagi-lagi Jeno yang harus turun tangan. Sebuah pelukan memang ampuh untuk meredakan rasa ketakutan Jaemin. Jika dulu Yuta yang selalu berada di posisi Jeno untuk menenangkan Jaemin maka saat ini Jeno sendiri yang mengambil alih.

Jaemin sempat merasa gugup tetapi jujur saja ia sangat nyaman berada di pelukan Jeno. Sangat nyaman seperti dipelukan ayahnya sendiri.

Jaemin dengan perlahan menyingkirkan tangan Jeno dari pinggangnya dan beranjak turun dari kasur. Pagi ini ia harus menyiapkan keperluan Jeno karena suaminya itu akan kembali pergi untuk urusan bisnis.

Setelah mencuci muka di toilet, Jaemin langsung mengarah pada kamar Jeno. Mereka memang sudah tidur dalam satu kamar tetapi untuk barang-barang tetap berada di kamar masing-masing.

Jaemin mengeluarkan koper Jeno lalu membukannya dan meletakkanya di atas kasur. Helaan napas kembali terdengar, pria manis yang masih menggunakan baju tidurnya itu tengah dilanda kebingungan. Pasalnya, sepulang dari Jeju beberapa hari yang lalu Jaemin belum sempat merapikan pakaian Jeno.

"Pakaian apa yang harus aku pilih?" Gumamnya pada diri sendiri.

Setelah berpikir sejenak, Jaemin memutuskan untuk memasukkan tiga setelan baju kerja dan satu setel pakaian santai ke dalam koper milik Jeno.

Tidak membutuhkan waktu sampai setengah jam untuk Jaemin menyelesaikan satu pekerjaan pertamanya. Sedikit bangga pada diri sendiri karena semakin hari ia semakin ahli untuk mengurus kebutuhan Jeno. Berterimakasihlah pada Winwin yang selalu mengajarkan Jaemin untuk mengurus diri sendiri sehingga Jaemin tidak begitu kesulitan untuk mengurus keperluan Jeno.

Kegiatan kedua Jaemin adalah menyiapkan sarapan pagi. Jeno juga mulai terbuka dengan dirinya dan mengatakan makanan apa yang dia suka sehingga Jaemin bisa memasakkannya atau membelinya.

Rasanya Jaemin ingin terus bersyukur karena hubungannya dengan Jeno semakin membaik di setiap harinya meski sifat ketus Jeno masih belum hilang sepenuhnya.

"Eoh? Kau sudah bangun? Maaf Jeno tadi aku bangun sedikit terlambat dan aku belum menyiapkan sarapan untukmu." Ujar Jaemin saat melihat keberadaan Jeno setelah keluar dari kamar suaminya.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang