HOURGLASS
⏳
⏳
⏳Tidur Jeno sedikit terusik saat ia tidak bisa merasakan kehangatan tubuh Jaemin di sisinya. Matanya terpaksa terbuka dan ia sama sekali tidak melihat sosok Jaemin yang tidur di sampingnya.
Jeno sedikit menyibak selimutnya, mengambil ponsel miliknya untuk melihat jam.
"Setengah satu pagi?"
Keningnya mengerut bingung memikirkan alasan mengapa Jaemin bangun di pagi buta seperti ini. Jeno bahkan baru tidur tiga jam karena ia pulang larut malam kemarin.
Jeno menghidupkan lampu utama kamar Jaemin dan membawa dirinya untuk duduk di pinggiran kasur. Mulutnya menguap dan matanya masih terlihat mengantuk.
Jeno beranjak keluar kamarnya untuk menuju ke dapur. Tapi keheranan kembali menerpanya saat ia melihat ruang lain di apartemennya masih menampakkan cahaya redup.
"Jaemin ke mana?"
Kali ini mata sayu Jeno benar-benar terbuka. Pencahayaan di dapur pun tidak memperlihatkan tanda-tanda Jaemin di sana. Jeno juga tidak melihat keberadaan Jaemin di ruang tengah.
Jeno terfokus pada ponselnya untuk menghubungi Jaemin. Sesaat ia menunggu sampai telinganya mendengar sebuah nada dering ponsel.
Helaan napas Jeno keluarkan saat pandangannya menangkap keberadaan ponsel Jaemin yang tergeletak di sofa.
Tak ada waktu untuk berpikir, Jeno segera kembali ke kamarnya untuk mengambil jaket hangatnya dan keluar apartemen untuk mencari keberadaan Jaemin.
Mobil hitam milik Jeno bergerak menyusuri jalanan di sekitar gedung apartemen. Berjalan dengan sangat pelan agar penglihatan Jeno dapat mengedar dengan jelas.
Jalanan sudah cukup sepi, toko-toko pun sudah tutup. Jeno masih tidak mengerti mengapa Jaemin menghilang sepagi ini.
"Halo Renjun-a," kata Jeno setelah teleponnya tersambung.
"Apa kau tidak waras meneleponku di jam seperti ini?!"
"Apa Jaemin bersamamu?"
"Tentu saja tidak bodoh. Kau mengganggu tidurku, dasar menyebalkan."
Sambungan telepon mereka terputus secara sepihak. Jeno lupa jika menelepon Renjun akan selalu berakhir dengan buruk.
Jeno berusaha menghubungi orang-orang terdekatnya namun hanya Renjun yang menjawab itupun dengan sebuah sengakan memekakkan telinga.
Pandangannya mengedar dengan teliti sampai menangkap sebuah atensi yang membuat Jeno menghentikan mobilnya. Sosok pria berjaket hitam tebal tengah duduk sendirian di depan minimarket.
Jeno buru-buru mengarahkan mobilnya menyeberang jalan dan berhenti tepat di depan minimarket yang buka dua puluh empat jam. Benar dugaannya, pria itu adalah Jaemin.
Jeno keluar dari mobilnya dan menghampiri Jaemin. Namun, betapa terkejutnya ia saat dihadapkan dengan wajah sembab sang istri. Niatnya untuk marah langsung teredam saat melihat air mata terus menetes dari pelupuk mata Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass (NOMIN)
Fanfiction[REVISI] "Waktu yang menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Terkadang waktu yang salah bisa menjadi yang paling sempurna" Bagi Na Jaemin, menikahi seorang Jung Jeno adalah sebuah fatamorgana. Kehidupannya selalu dipermainkan oleh waktu. Sedeti...