42 || Sick

4.3K 261 1
                                    

HOURGLASS




Cukup banyak perubahan yang terjadi setelah hari di mana Jeno berkata jujur pada Jaemin tentang segalanya. Jaemin meminta waktu dan Jeno menyanggupinya dengan syarat bahwa Jaemin tidak boleh menarik kata-katanya untuk kembali pada Jeno.

Jaemin masih tetap tinggal di kediaman Nakamoto dan Jeno pun juga memutuskan untuk tinggal di kediaman Jung karena Taeyong yang memaksanya. Tak ada permusuhan di antara keduanya, sesekali Jeno mengabari Jaemin lewat pesan dan Jaemin pun membalasnya. Dua manusia itu hanya mencoba menyembuhkan diri mereka dengan cara yang dewasa.

Hubungan Yuta dan Jeno juga berangsur membaik meski kata maaf belum terucap dari bibir Yuta untuk Jeno. Jeno tak lagi tenggelam dalam rasa penyesalannya terkecuali penyesalan seumur hidup karena kehilangan anaknya. Berkat Jaehyun dan Mark, Jeno bisa kembali menyibukkan dirinya dan pribadi Jeno pun menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Setelah terhitung satu minggu Jaemin meminta waktunya, hari ini Jaemin menyetujui permintaan Jeno yang ingin mengajaknya pergi keluar menghabiskan waktu bersama. Jaemin masih tidak mengerti mengapa Jeno memilih hari selasa untuk jalan-jalan keluar bersama sedangkan hari selasa adalah hari-hari sibuk bagi siapapun orang dewasa yang sudah bekerja.

"Sayang, Jeno udah dateng tuh di depan." Ujar Winwin yang sudah membuka pintu kamar anaknya dan berdiri di ambang pintu.

Jaemin hanya mengangguk pelan membuat Winwin sedikit jengah dibuatnya. Ibu satu anak itu memutuskan untuk melangkah masuk menghampiri Jaemin.

"Kenapa? Masih marah ya sama Jeno? Udah seminggu loh, Na. Gak baik kamu diemin suami kamu sendiri lama-lama." Ujar Winwin lagi.

"Nana sama Jeno baik-baik aja, Bunda." Jaemin memberi jawaban yang sama entah sudah keberapa kalinya.

"Terus? Kenapa muka kamu keliatan sedih gitu?"

Jaemin menatap manik mata indah milik sang bunda. Tidak ada masalah dengan Jeno sebenarnya meski di dalam hatinya ada sedikit rasa canggung.

"Nana mau ke makam kakek sama nenek Na." Ucap Jaemin membuat Winwin sedikit terkejut.

Sudah lama Jaemin tidak membahas tentang kakek dan neneknya tapi mengapa tiba-tiba anak itu membahasnya lagi?

Seumur hidup, Winwin dan Yuta berusaha menyembunyikan fakta kelam di balik kematian kedua orang tua Yuta. Tak sekalipun Jaemin tahu di mana letak makam kakek dan neneknya itu, ia hanya diberi tahu jika kakek dan neneknya sudah meninggal. Itu saja.

"Bunda, apa makam mereka ada di Jepang?" Jaemin bertanya.

"Tidak. Makam kakek dan nenekmu ada di Korea." Balas Winwin.

"Lalu kenapa Bunda tidak pernah membawa Nana ke makam mereka?"

Winwin tersenyum kecil dan memegang bahu sang anak. "Kenapa tiba-tiba sekali, hm?"

"Tidak tahu. Waktu Nana koma kemarin Nana merasa kalau Nana deket banget sama kakek sama nenek." Tutur Jaemin.

"Izin ayah kamu dulu ya? Mendingan sekarang kamu keluar, kasian Jeno kalau lama-lama sama Ayah kamu."

Jaemin tersenyum canggung. Ia merasa kasihan pada Jeno sekarang. Yuta itu tidak bisa dibilang ramah jika sudah kesal ataupun marah.

Jaemin mengambil ponselnya lalu segera pergi keluar kamar bersama dengan Winwin. Hanya butuh sepersekian detik untuk Jaemin kembali melihat wajah nyata Jeno.

"Hai." Sapa Jeno dan Jaemin hanya tersenyum membalas. Canggung.

"Jeno, sudah sarapan?" Winwin bertanya. Keningnya sedikit mengerut saat melihat wajah Jeno yang sedikit lesu.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang