2 || Pertemuan

6.5K 530 24
                                    

HOURGLASS



Jaemin sejak tadi mengaduk-aduk minumannya dengan malas. Sudah hampir sepuluh menit cowok manis itu hanya bermain dengan sedotan sambil melamun.

Sedangkan cowok di hadapannya sudah menatap jengah karena sejak tadi hanya didiami saja.

"Yak, Jaemin-ah. Mau sampai kapan kau melamun? Ice cream-mu bahkan sudah meleleh." Ujar Renjun.

"Renjun-a, apakah aku harus bertemu dengan Jeno hari ini?" Tanya Jaemin.

Taeyong telah memintanya untuk menemui Jeno tetapi Jaemin bahkan tidak yakin jika Jeno akan menemuinya nanti.

"Hem, menurutku temui saja. Lagipula hanya bertemu kan? Kau juga ingin mengenal Jeno kan?" Renjun menatap sahabatnya itu dengan penuh keyakinan.

"Tapi bagaimana jika Jeno tidak datang? Jujur saja, aku sama sekali belum pernah berbicara pada Jeno."

Renjun sedikit menggigit bibir dalamnya. Menatap pada Jaemin dengan penuh arti.

"Aku rasa Jeno akan menolak dan jika itu terjadi aku juga akan setuju saja. Lagipula siapa yang mau dijodohkan?" Keluh Jaemin kesal.

"Bukannya kau tidak ada masalah dengan perjodohan?"

"Iya. Tapi tidak terlalu cepat begini. Aku tidak akan ada masalah jika orang yang dijodohkan denganku dapat menerimaku dengan baik. Jika orang itu bisa menerimaku dengan baik, aku rasa hubungan kedepannya juga akan baik-baik saja. Tapi melihat respon Jeno yang pergi begitu saja saat makan malam kemarin, aku rasa ia tidak menyukai perihal perjodohan. Atau mungkin tidak menyukaiku,"

Jaemin tidak pernah merasakan bagaimana jatuh hati pada seseorang. Cowok itu hanya selalu berusaha untuk membangun sebuah hubungan yang baik dengan orang-orang disekitarnya.

"Jangan asal menebak isi hati seseorang." Kata Renjun.

"Tapi dari reaksinya aku sudah tahu. Bagaimana ini?"

"Sudah kukatakan untuk menemuinya saja kan? Bukankah kalian akan bertemu di sini? Aku akan menemanimu sampai Jeno datang." Renjun kembali menyeruput minumannya.

Jaemin menghela napas pasrah. Setidaknya ia akan mencoba. Entah bagaimana nantinya, Jaemin akan melakukan apa yang selalu ia lakukan saat bertemu dengan orang baru.

"Oiya, Haechan akan segera tunangan. Kau datang tidak?" Tanya Renjun.

"Kau yakin? Kenapa tiba-tiba sekali?" Jaemin memasang wajah terkejutnya.

"Kau saja yang ketinggalan berita." Cibir Renjun.

"Aku harus datang, entah dia mengundangku atau tidak." Putus Jaemin yang diangguki langsung oleh Renjun.

"Tapi ngomong-ngomong, aku belum pernah melihat kekasihnya."

"Sudah," jawab Renjun.

Jaemin mengernyit bingung dan seketika itu juga Renjun tersadar dengan ucapannya.

"Maksudku kau sudah pernah melihatnya saat Haechan melakukan vidio call dengan kekasihnya," Renjun meralat ucapannya.

"Iyakah? Aku lupa. Tapi yasudahlah, aku akan datang."

Jaemin tersenyum lebar. Haechan dan Renjun itu adalah sahabat dekat Jaemin. Apapun yang terjadi, mereka akan selalu berusaha untuk mendukung satu sama lain.

"Eoh, itu Jeno." Ujar Renjun.

"Jeno-ya!" Panggil Renjun cepat sambil melambaikan tangannya.

Jaemin langsung menoleh dan menangkap kehadiran Jeno yang masih memakai setelan kerjanya.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang