EXTRA PART (2)

3.8K 269 34
                                    

HOURGLASS



Rutinitas setiap hari, Jaemin menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Jeno. Hidangan yang tersedia begitu banyak, dari yang sehat hingga berlemak pun Jaemin menyajikannya di atas meja makan.

"Pagi." Sapa Jeno yang baru saja datang. Jeno tak lupa untuk sedikit menarik pinggang Jaemin dan memberikan kecupan singkat pada dahi pasangannya itu.

"Selamat pagi, Jeno." Balas Jaemin ceria.

Jeno tersenyum simpul. Tubuhnya ia bawa untuk sedikit merunduk, mensejajarkan diri dengan perut besar Jaemin.

"Selamat pagi." Sapa Jeno sembari mengusap pelan perut Jaemin.

"Pagi Daddy," balas Jaemin mewakilkan. Senang rasanya memiliki hubungan yang harmonis dengan Jeno.

Jeno kembali menegakkan tubuhnya. Matanya ia alihkan untuk melihat ke arah meja makan. Keningnya sukses mengerut, kemarin Jaemin hanya menyajikan roti dan selai dengan air putih lalu sekarang meja makannya penuh dengan hidangan bak sebuah restoran.

Tanpa bertanya lebih, Jeno memilih untuk duduk sambil menunggu Jaemin yang menyajikan sarapan untuknya.

"Kau mau apa? Ayam, daging, telur, atau sayur?" Tanya Jaemin.

"Ayam saja." Balas Jeno.

Jaemin meletakkan ayam kecap masakannya ke atas piring Jeno lalu memberikan beberapa lauk pelengkap.

"Terimakasih." Ucap Jeno.

"Enak tidak?" Tanya Jaemin.

"Iya. Kenapa masak sebanyak ini? Nanti jika lelah bagaimana?"

"Tidak lelah kok, hanya ingin saja masak banyak menu seperti ini."

Jaemin mengambil tempat di sebelah Jeno, ia sama sekali tak berniat untuk sarapan hari ini meski telah memasak banyak makanan.

Jaemin memilih untuk menatap pada Jeno dengan satu tangan yang ia gunakan untuk bertumpu dagu. Jeno yang merasa ditatap pun semakin dibuat heran, tingkah Jaemin semakin aneh saja.

"Kenapa tidak sarapan?" Jeno akhirnya buka suara.

"Tidak ingin. Aku hanya ingin melihatmu makan saja." Jaemin membalas dengan tetap menunjukkan senyumannya.

Jeno meletakkan sendoknya sejenak. Ia lantas membalas tatapan Jaemin dengan lekat.

"Katakan, kali ini apa yang kau mau?" Jeno bertanya hangat. Lama-lama ia sudah mulai kebal dengan perubahan Jaemin.

"Tidak ada."

"Kau yakin?" Jeno memastikan.

Jaemin mengangguk pelan, sungguh ia hanya ingin memperhatikan Jeno saja.

"Jeno-ya..." Panggil Jaemin.

Untuk kedua kalinya Jeno harus meletakkan sendoknya ke atas meja. Sudah ia duga pasti Jaemin menginginkan sesuatu.

"Hm?" Jawab Jeno.

"Bisakah kau tidak bekerja hari ini?" Pinta Jaemin dengan wajah sedikit memelas.

"Tidak. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku agar bisa mengambil cuti secepatnya." Jeno menggeleng dan detik itu juga raut wajah Jaemin benar-benar memelas.

"Aku ingin berbelanja, tolong temani aku ya?"

"Memangnya kau ingin membeli apa? Biar aku belikan sepulang kerja nanti."

"Bugatti keluaran terbaru." Ucap Jaemin pelan sambil sedikit menggigit bibir dalamnya.

Jeno tersedak hanya dengan satu kalimat yang keluar dari mulut Jaemin. Mata sipitnya sontak melebar tak percaya. Ia pikir Jaemin akan berbelanja kebutuhan ternyata lebih dari dugaan Jeno.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang