40 || Konferensi Pers 2

3.6K 306 20
                                    

HOURGLASS




Lima hari sudah Jaemin berada di rumah. Keadaan fisik Jaemin  semakin membaik namun tidak untuk mentalnya.

Jaemin merasakan kesedihan akibat kehilangan anaknya dan ia pun juga harus menahan kerinduan akibat Jeno yang tidak ada kabar sama sekali. Jeno seakan menghilang dalam sekejap mata, tidak bisa dihubungi dan juga tidak datang untuk menemui Jaemin sama sekali.

Tok! Tok!

Jaemin mengalihkan pandangan dari ponselnya. Keningnya sedikit mengerut saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.

"Masuk!" Sahut Jaemin.

Sedetik setelah mendapatkan persetujuan Jaemin, pintu kamar terbuka dan menampilkan Yuta di sana. Jaemin sedikit menyibak selimutnya saat melihat kehadiran sang ayah.

Meski sedikit terkejut karena mendapati Yuta berada di rumah di jam yang akan menginjak siang hari, Jaemin tetap tidak ingin membuka suaranya untuk bertanya. Jujur saja, Jaemin menjadi lebih irit bicara pada Yuta setelah Yuta memintanya untuk bercerai dengan Jeno tempo hari yang lalu.

"Ayah bawain susu buat kamu." Yuta menyodorkan segelas susu hangat pada Jaemin.

"Makasih." Jaemin tersenyum simpul setelah menerima sodoran gelas berisi susu dari Yuta.

"Gak mau diminum? Kamu belum sarapan kan?" Yuta mengambil tempat untuknya duduk di pinggiran kasur.

"Nanti aja." Balas Jaemin, toh ia juga tidak lagi harus meminum obatnya.

"Kamu masih marah sama Ayah?"

Jaemin sedikit menundukkan kepalanya untuk mengalihkan pandangannya dari sorot mata Yuta. Jujur saja, baru kali ini Jaemin sungguh-sungguh merasa marah dan kecewa pada Yuta.

"Sayang, Ayah gak ngelarang Jeno untuk ketemu sama kamu. Ayah juga gak melarang kalian berdua untuk saling bertukar kabar." Tutur Yuta.

Jaemin membenarkan perkataan sang ayah di dalam hatinya. Entah apa yang terjadi pada Jeno sampai Jaemin harus bertanya pada Mark tentang keadaan Jeno.

"Sekarang kamu mau gimana? Lihat sendiri kan, Jeno sama sekali gak datang buat nemuin kamu."

Yuta sebenarnya memiliki harapan untuk Jeno datang dan menemui Jaemin karena Yuta tidak ingin melihat Jaemin terus merasa sedih.

"Ayah tahu Ayah egois tapi itu semua Ayah lakuin karena Ayah gak mau anak kesayangan Ayah terluka lagi."

"Tapi Nana masih istrinya Jeno, Ayah." Akhirnya Jaemin bersuara.

"Ayah tahu."

"Lalu kenapa Ayah gak izinin Nana untuk pulang ke apartemen Jeno? Jeno masih butuh Nana. Gimana kalau Jeno butuh sesuatu, Jeno kelelahan, dan Jeno makan gak teratur?" Sorot mata Jaemin berhasil mengunci pandangan Yuta.

Yuta menghela napasnya. Ia merasa dejavu mendengar penuturan Jaemin. Persis sekali seperti Winwin yang dulu nekat melawan kedua orang tuanya demi Yuta yang saat itu sedang terkurung di sel penjara.

Tepat di hadapan Yuta, Winwin mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Jaemin hari ini kepada kedua orang tuanya. Orang tua mana yang rela sepenuhnya untuk menikahkan anak mereka dengan orang yang pernah dipenjara? Yuta baru bisa memahami perasaan mertuanya hari ini di mana sangat sulit untuk melepaskan anaknya pada seseorang yang sudah melukai Jaeminnya sampai harus berada di ambang kematian.

"Tunggu sebentar lagi ya?" Pinta Yuta.

"Apa yang harus Nana tunggu? Jeno bahkan sulit dihubungi." Ujar Jaemin sedikit kesal.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang