33 || Titik Akhir

3.9K 282 4
                                    

HOURGLASS




Jaemin tengah menunggu seorang diri di sebuah kafe di jajaran kota Seoul. Setelah menenangkan diri selama satu malam, Jaemin telah menemukan keputusannya.

Semua orang berhak bahagia dan kebahagiaan terkadang membutuhkan sebuah pengorbanan.

"Jaemin-ssi, annyeonghaseyo." Sapa seorang laki-laki yang berumur di atas Jaemin.

"Annyeonghaseyo Kwang byeonhosa-nim."

Jaemin mempersilahkan pengacara itu untuk duduk. Ia menghubungi pengacara ayahnya itu kemarin untuk meminta beberapa bantuan.

"Aku sudah melakukan apa yang kau minta, Jaemin-ssi. Bisakah aku memastikan beberapa hal terlebih dahulu?"

"Silahkan byeonhosa-nim." Jaemin memberikan izin.

"Apa masalah sebenarnya kau menginginkan perceraian ini?"

Jaemin mengulum senyumnya simpul. "Tidak ada masalah besar. Hanya kurasa aku dan suamiku tidak ada kecocokan lagi."

"Baiklah. Apa suamimu telah melakukan kesalahan padamu? Seperti memukulmu atau berselingkuh? Tolong katakan saja, pernyataanmu akan sangat membantu jika saja di pengadilan nanti ada sebuah masalah yang terjadi."

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Suamiku tidak pernah berlaku kasar padaku."

Tapi tidak untuk berselingkuh, lanjut Jaemin dalam hatinya.

"Baik Jaemin-ssi, aku mengerti."

"Apa aku bisa langsung mengurusnya, byeonhosa-nim?" Tanya Jaemin.

"Jaemin-ssi, apa kau yakin tentang hal ini? Maksudku apa kau sudah mencoba membicarakan ini baik-baik dengan suamimu atau keluargamu?" Pengacara itu memastikan.

"Aku sudah memikirkannya baik-baik. Dan ya, jangan beritahu Ayahku tentang hal ini. Aku akan memberitahunya sendiri." Pinta Jaemin.

"Itu tidak masalah. Aku tidak akan memberitahukannya kepada Tuan Na tapi aku tidak bisa menjamin jika Tuan Na tidak akan mengetahui hal ini."

Jaemin mengangguk pelan. Toh suatu saat nanti Yuta pasti akan mengetahui segalanya namun tidak untuk saat ini.

"Ini, aku sudah mendapatkan suratnya dan kau hanya perlu menandatanganinya." Pengacara itu menyerahkan satu buah dokumen kepada Jaemin.

Jaemin menerimanya dan membacanya sejenak. Tangannya sedikit ragu saat menerima uluran pulpen dari pengacara di hadapannya.

Satu persatu kenangan mulai bermunculan di dalam pikirannya. Kepahitan hidup memang selalu ada dan Jaemin tengah berada di dalam fase tersebut.

"Jika kau ragu kau bisa memikirkannya dulu. Bawalah surat itu bersamamu dan aku akan memberi waktu untuk kau memikirkannya lagi." Ujar sang pengacara.

"Bisakah aku bertanya sesuatu padamu?"

✨✨✨

Jaehyun keluar dari mobilnya dan berjalan dengan cukup tergesa menuju ke kediaman sahabatnya. Hal yang paling tidak terduga kembali terjadi dan Jaehyun sama sekali tak menyukai hal ini.

Jaehyun menekan bel rumah berulang kali, jujur saja ia sedang dalam amarah saat ini.

"Tuan Jung?" Ucap seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang