HOURGLASS
⏳
⏳
⏳
Suster mengantarkan sarapan pagi untuk Jaemin, satu mangkuk nasi dan juga sup ayam. Beberapa potong buah pun turut disajikan."Kali ini kau harus menghabiskan makanannya ya? Jika tidak perutmu akan terus kosong dan aku terpaksa mengganti makananmu dengan sebuah suntikan vitamin." Ucap suster wanita pada Jaemin.
"Tentu saja, akan aku pastikan putraku menghabiskan sarapannya." Sahut Winwin.
"Baguslah. Jika keadaanmu semakin membaik kau bisa pulang dua hari lagi. Cepat sembuh, Jaemin." Suster itu menyemangati Jaemin.
"Terimakasih." Balas Jaemin sambil tersenyum simpul.
"Kalau begitu aku permisi. Jika sudah selesai kau pencet saja bel itu, aku akan datang untuk mengambil nampannya."
Suster wanita itu tersenyum sebentar pada Jaemin sebelum akhirnya berbalik dan pergi keluar dari ruang rawat Jaemin.
"Suster tadi mengantarkan makanan?" Yuta bertanya pada Winwin. Yuta baru saja datang setelah mengantarkan Taeyong pulang.
"Iya, sarapan untuk Nana. Kak Yuta sudah mengantarkan Kak Tae pulang kan? Kak Yuta tidak membiarkan Kak Tae pulang naik taxi kan?"
Yuta melepaskan jaketnya dan menyampirkannya ke sofa. Tidak mungkin ia membiarkan sahabatnya pulang naik taxi ditengah rasa lelahnya. Sejak semalam Taeyong terus terjaga untuk menjaga Jaemin sedangkan Winwin baru kembali ke rumah sakit pagi ini.
"Tidak, aku antar dia sampai rumah." Yuta menggeret satu kursi lagi untuknya duduk di dekat ranjang Jaemin.
Keadaan Jaemin sudah lebih stabil dan Jaemin sudah bisa mengontrol kesedihannya atas anaknya yang sudah pergi. Tapi Jaemin lebih sering melamun, baik Yuta maupun Winwin berusaha untuk memahaminya.
"Nana, mau makan semangka dulu atau langsung makan nasi?" Winwin bertanya seraya mengambil nampan yang diletakkan oleh suster di atas meja.
"Tolong minta pada suster Ann untuk menyuntikkan vitamin saja. Aku tidak ingin makan." Kata Jaemin.
"Keadaan kamu udah mulai membaik loh, tinggal nafsu makan kamu yang masih perlu diawasin. Emangnya kamu gak mau cepet-cepet pulang?" Winwin kembali duduk di kursinya yang berada di dekat ranjang Jaemin.
Jaemin tetap menggelengkan kepalanya. Pikirannya hanya tertuju pada anaknya saat ini. Apa Tuhan merawatnya dengan baik? Apa anaknya merasa bahagia di atas sana?
Sungguh, meski belum pernah sedetikpun Jaemin melihat rupa anaknya, ikatan batinnya akan tetap selalu terhubung meski telah berbeda alam sekalipun.
"Nana, makan ya? Tiga suap aja. Kamu perlu minum obat." Winwin mencoba membujuk lagi.
Selalu seperti ini. Sejak kecil saat Jaemin sakit memang selalu sulit untuk dibujuk makan.
"Kamu gak suka makanannya ya? Mau Ayah belikan yang lain?" Yuta juga mencoba dengan caranya.
Mata sembab Jaemin bergerak, melihat ke sekeliling ruang rawatnya.
"Ayah, apa Jeno belum datang?" Jaemin justru bertanya hal lain sebagai tanggapan ucapan Yuta dan Winwin.
Yuta dan Winwin saling pandang. Rahang Yuta langsung mengeras mendengar nama Jeno disebutkan.
"Jeno udah janji sama Nana, dia bakalan datang pagi. Jeno sibuk ya?" Jaemin bertanya lagi.
"Sayang, Jeno bakalan datang. Sekarang kamu makan dulu ya? Kamu gak mau bikin Jeno sedih kan?" Sahut Winwin.
"Tolong telepon Jeno, Bunda. Nana mau tanya kapan Jeno datang." Pinta Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass (NOMIN)
Fanfiction[REVISI] "Waktu yang menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Terkadang waktu yang salah bisa menjadi yang paling sempurna" Bagi Na Jaemin, menikahi seorang Jung Jeno adalah sebuah fatamorgana. Kehidupannya selalu dipermainkan oleh waktu. Sedeti...