20 || The Beautiful Moon

3.9K 358 13
                                    

HOURGLASS



Banyak alasan untuk tidak terbangun di pagi hari. Suasana sejuk, rasa ketenangan, dan juga kebahagiaan membuat para penghuni villa milik Yuta memilih untuk tetap berada di kamar masing-masing.

Terkecuali dua orang yang kini sedang duduk santai di dapur. Kun dan Jeno melakukan joging bersama di pagi buta dan sekarang dua manusia itu sedang mengobrol santai setelah membersihkan diri mereka.

"Bagaimana kabar Tuan Qian hyung? Sudah lama aku tidak melihatnya." Celetuk Jeno memecah keheningan.

Jika bersama Kun maka Jeno tidak akan bersifat dingin atau menyebalkan. Entah mengapa tetapi Jeno merasa bahwa Kun itu adalah seorang hyung yang baik meski umurnya hanya terpaut beberapa tahun dari Jaehyun.

Lain halnya dengan Mark, Jeno bukan bersikap dingin melainkan sudah terlanjur malas untuk menghadapi kakak kandungnya itu. Selain menyebalkan, Mark juga cerewet.

"Baba ku baik. Semakin tua babaku semakin menikmati hidupnya bersama ibuku. Kuharap mereka akan selalu bahagia."

Jeno mengangguk. Tidak banyak orang yang memiliki pernikahan kedua akan nyaman dengan kehidupannya. Tetapi beruntung saja Kun adalah orang yang pengertian, dia dapat menerima dengan lapang dada istri kedua dari ayahnya dan juga adik tirinya Renjun.

"Lalu bagaimana denganmu dan Jaemin? Renjun bercerita banyak padaku tentang hubunganmu dengan Jaemin. Jeno-ya, kuharap kau baik-baik saja dengan semuanya." Kun menatap sendu. Meski jarang bertemu dengan Jeno tetapi ia tetap mengetahui apa yang telah terjadi pada laki-laki di hadapannya kini.

Jeno tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja dengannya, hyung."

"Ya, aku harap kau terus bahagia bersama Jaemin."

Jeno mengangguk dan kembali meneguk air minum pada gelas yang ia pegang.

"Aku akan kembali ke kamar. Tak apa kutinggal sendiri kan hyung?" Jeno memastikan.

"Tidak papa. Aku juga akan pergi keluar sebentar."

Jeno kembali mengangguk. Ia beranjak dari kursinya dan melangkah keluar dapur.

Ada rasa keheranan dalam dirinya mengapa masih tidak ada orang yang keluar dari kamarnya. Bahkan Taeyong yang selalu bangun lebih dulu juga belum menunjukkan kehadirannya. Jeno pikir liburan kali ini memang merupakan sebuah healing bagi keluarganya.

Saat sampai di depan pintu kamarnya, Jeno berhenti sejenak. Kebimbangan melanda dirinya. Apakah ia harus masuk dan mengganggu Jaemin yang mungkin masih tidur?

Satu keputusan ia buat. Jeno akan mengambil ponsel dan hoodie-nya saja lalu kembali keluar kamar. Tangan Jeno membuka pintu kamarnya dengan pelan berusaha untuk tidak menimbulkan sebuah suara.

"Jeno-ya! Kemarilah!"

Di luar dugaan, ternyata Jaemin sudah bangun dan sedang duduk sambil bersandar pada punggung kasur.

"Palli!" Jaemin melambaikan tangannya bermaksud untuk menyuruh Jeno agar menghampirinya.

Jeno yang dibuat bingung hanya menurut. Pasalnya saat ini raut wajah Jaemin begitu bahagia, pria manis itu memegang ponselnya dan terus tersenyum lebar.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang