8 || Permintaan Maaf

4.9K 450 5
                                    

Hourglass



Jaemin menuruni tangga rumahnya, ia sudah siap dengan penampilannya hari ini. Jaemin akan kembali melakukan pekerjaannya sebagi seorang guru, ia sudah rindu pada anak-anak muridnya.

Langkah kakinya ia bawa menuju ke dapur terlebih dahulu dan ia tersenyum melihat satu asisten rumah tangganya yang sudah sibuk menyiapkan meja makan.

"Bibi Seo, selamat pagi." Sapa Jaemin.

"Ah, selamat pagi. Maaf Tuan Jaemin, sarapannya belum siap."

Jaemin mengerucut kecil. "Sudah kubilang panggil Jaemin saja atau Nana. Aku bukan Tuan muda tahu, aku sudah menikah."

"Hahahaha, kau masih saja lucu. Nde, Jaeminie." Bibi Seo menekan dengan hangat kalimat terakhirnya membuat Jaemin dan wanita paruh baya itu terkekeh bersama.

"Bunda sama Ayah belum keluar ya?" Tanya Jaemin sambil meneguk gelas air mineralnya.

"Saya lihat Tuan Na sudah keluar tadi tapi kalau nyonya saya tidak tahu." Balas Bibi Seo sambil meletakkan satu piring penuh hidangan di meja makan.

"Oke. Nana mau langsung berangkat, tolong bilang sama Ayah kalau Nana akan ke sekolah hari ini." Pinta Jaemin.

"Kau tidak ingin sarapan dulu, Jaemin?" Bibi Seo menghentikan kegiatannya sejenak dan menatap pada anak majikannya itu.

Jaemin menggeleng. "Aku akan makan nanti."

"Baiklah. Aku akan meminta Daejung-ssi untuk mempersiapkan mobil,"

"Tidak. Aku akan berangkat naik bis umum saja." Cegah Jaemin cepat.

"Tapi nak, jika Tuan Na tahu kau pasti akan dimarahi."

"Makanya Bibi Seo jangan bilang pada Ayah, oke?"

"Sangat sulit untuk membohongi Tuan Na. Kau diantar Daejung-ssi saja ya?" Pinta Bibi Seo sekali lagi.

"Membohongi Ayah itu mudah. Bilang saja jika aku berangkat bersama Renjun." Jaemin mengedipkan satu matanya membuat Bibi Seo menggelengkan kepalanya.

"Ya baiklah."

"Terimakasih." Jaemin tersenyum manis.

Jaemin mengambil secarik tisu sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkahnya. Baru beberapa langkah ia dapatkan, Jaemin harus dibuat terhenti.

Mata Jaemin menangkap sosok laki-laki yang tengah tertidur di salah satu sofa rumahnya. Bodoh jika Jaemin tidak mengenali siapa sosok itu.

Semangat Jaemin diruntuhkan hanya dalam waktu sesaat. Ia sudah melupakan kejadian pahit yang ia alami kemarin tapi kembali diingatkan hanya dengan melihat keberadaan suaminya dirumahnya.

Jaemin melangkah mendekat dengan perasaannya yang sudah yakin. Ia berhenti tepat di depan wajah Jeno yang tertidur dengan lelap.

"Jeno-ya, maafkan aku. Aku bertindak terlalu kekanak-kanakan." Ujar Jaemin pelan.

Bibir Jaemin tersenyum hangat. Ia tidak membenci Jeno sama sekali. Jeno terlalu sempurna untuk dibenci oleh seseorang.

Jaemin tak mengatakan apapun setelah itu dan memilih untuk keluar rumah dengan segera. Jika tidak cepat-cepat, maka dia akan ketinggalan bus.

✨✨✨

Jaemin berjalan santai di area sekolah. Perasaannya sungguh terobati hanya dengan melihat anak-anak muridnya.

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang