Ending Scene

5.6K 307 18
                                    

HOURGLASS




Sudah hampir tiga puluh menit netra hitam pekat milik Jeno menatap teduh pada sosok yang saat ini tengah tertidur nyenyak di hadapannya. Tak peduli sudah seberapa teriknya matahari di luar, Jeno tetap tidak ingin beranjak dari tempatnya saat ini.

Hatinya tak henti-hentinya memuja bagaimana cantiknya wajah Jaemin. Kedua mata Jaemin yang masih setia terpejam, menampilkan bagaimana lentiknya bulu matanya, Jeno seakan ingin untuk memberikan kecupan singkat di mata indah yang tengah terpejam itu.

Satu tangan Jaemin bahkan masih bertengger di pinggang Jeno karena semalam pasangan itu tertidur sambil berpelukan. Menghabiskan malam yang panjang? Tidak. Jeno tidak akan setega itu untuk membuat Jaemin kelelahan meski nyatanya saat ini Jaemin belum juga membuka matanya karena efek lelah.

"Selamat pagi." Sapa Jeno dengan suara pelan saat wajah yang sejak tadi ia tatap perlahan membuka kedua matanya.

Jaemin masih berusaha untuk menormalkan penglihatannya. Satu hal yang langsung membuat napas Jaemin tercekat untuk saat ini, pandangan pertama yang ia tangkap adalah dada bidang milik sang suami yang belum memakai pakaiannya.

Spontan Jaemin langsung menjauhkan dirinya membuat Jeno menatap penuh kebingungan.

"Kenapa kau tidak memakai baju?" Tanya Jaemin yang menyembunyikan wajahnya karena malu.

Jeno yang awalnya bingung langsung terkekeh pelan karena gemas. Kegiatan semalam membuat seluruh badannya merasa gerah dan Jeno memutuskan untuk tidak memakai baju atasannya. Lagipula ia juga tidak tega untuk membangunkan Jaemin yang semalam langsung tertidur sambil memeluknya setelah memakai piyamanya kembali.

"Aku gerah, untuk apa aku memakai baju?"

"Tapi kan kau bisa mengecilkan suhu ac-nya." Jaemin memprotes dengan wajah merah menahan malu.

"Untuk apa kau memalingkan wajahmu seperti itu? Aku hanya tidak memakai atasan, kau bahkan semalam-"

"Cepat pakai bajumu, Jeno! Astaga, aku tidak ingin berdebat pagi-pagi seperti ini." Jaemin langsung memotong ucapan Jeno sebelum ia bertambah malu karena Jeno yang tidak pintar dalam memfilter ucapannya.

"Ini sudah siang asalkan kau tahu."

Jeno menyibak selimut yang ia pakai, turun dari ranjang dan segera memakai pakaian atasnya. Jaemin yang hendak mengubah posisinya menjadi duduk sedikit meringis karena bagian bawahnya yang terasa sakit.

Jaemin masih tidak mengerti, ia dan Jeno tidak melakukannya secara berlebihan tapi efeknya masih saja sangat menyakitkan.

"Kau kenapa?" Jeno mengernyit bingung menatap Jaemin.

"Sakit bodoh." Balas Jaemin yang memilih untuk tetap memaksakan diri untuk duduk.

"Se-sesakit itu?" Jeno bertanya ragu.

"Kau pikir? Bagian bawahku benar-benar robek sepertinya. Sakit sekali."

Jeno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Melihat bagaimana Jaemin yang sangat kesusahan untuk duduk membuat Jeno merasa bersalah.

"Maafkan aku." Ucapnya pada Jaemin.

Jaemin mengangguk pelan. "Tidak papa. Mungkin sore nanti akan hilang."

"Kau ingin apa?" Tanya Jeno.

Jaemin menatap heran saat mendengar tawaran Jeno secara tiba-tiba.

"Apanya?"

Hourglass (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang