HOURGLASS
⏳
⏳
⏳
Jaemin memandang benda kecil yang tengah disodorkan oleh Haechan padanya. Saat ini Jaemin tengah berada di kamarnya, Yuta melarangnya untuk pergi keluar dengan alasan apapun.Jaemin tentu merasa bosan dan berakhir meminta Haechan dan Renjun untuk datang tetapi hanya Haechan yang bisa meluangkan waktunya.
"Apa ini?" Jaemin menatap bingung pada Haechan.
"Testpack." Haechan memandang penuh antusias pada Jaemin.
"U-untuk apa?"
"Astaga, Nana... Aku membelikannya khusus untukmu sebelum datang kemari. Kau bilang padaku jika kau mual dan merasa pusing kan? Siapa tahu saja kau sedang hamil."
"Apa?!" Jaemin memekik keras namun ia langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya sendiri.
"Kau bercanda? Mana bisa aku hamil?" Lanjutnya.
Haechan mengerlik malas. "Apa salahnya kau coba? Kau bisa baca petunjuknya."
"Tapi kenapa tiba-tiba? Aku hanya pusing dan mual karena mabuk darat, Chan-ah."
"Dengar, aku memiliki firasat baik kali ini. Pusing, mual, lalu tiba-tiba saja kau menolak saat aku ingin membelikan makanan favoritmu, tiba-tiba saja kau menyukai makanan yang sangat-sangat kau benci, bukankah itu tanda-tanda kehamilan?" Haechan masih setia menunjukkan wajah antusiasnya.
"Jangan mengada." Sangkal Jaemin.
"Ayolah Na, sekali saja. Oke? Kau hanya perlu mencoba, tidak berhasil pun juga tidak masalah." Bujuk Haechan.
Jaemin menatap pasrah. Ia mengambil testpack pemberian Haechan dengan raut wajah malas.
"Jika dugaanmu salah, kau harus membujuk ayahku agar mengizinkanku untuk pergi keluar. Bagaimana?" Tawar Jaemin yang saat ini sudah berdiri di hadapan Haechan.
Haechan membola seketika. Sangat sulit untuk membujuk seorang Nakamoto Yuta, terlebih lagi jika Yuta sudah mengeluarkan perintah mutlaknya. Tidak sekali dua kali, Haechan dan Renjun bahkan sudah berulang kali mencoba membujuk Yuta untuk beberapa hal tetapi Yuta tetap pada pendiriannya. Meski menolak secara halus sekalipun.
"Kau tidak asik. Kau mengajakku bertaruh?" Haechan menunjukkan wajah sedihnya.
"Yasudah kalau tidak mau." Jaemin menjawab santai.
"Eh...tidak. Baiklah, aku terima. Tapi jangan salahkan aku jika aku tidak berhasil membujuk ayahmu nanti."
Jaemin tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa sangat yakin jika kali ini dugaan Haechan adalah seratus persen salah.
"Tidak masalah. Setidaknya kau sudah berusaha." Ucap Jaemin.
"Yasudah cepat sana." Haechan mendorong Jaemin untuk buru-buru pergi ke toilet.
"Jika muncul duga garis itu artinya kau hamil, Na!" Ujar Haechan sedikit meninggikan suaranya karena Jaemin sudah masuk ke dalam toilet yang berada di kamarnya.
Haechan terkikik senang. Tubuhnya kembali ia bawa untuk jatuh di atas kasur empuk milik Jaemin.
Senyumannya semakin melebar saat Mark menelpon sedangkan Haechan sudah berniat menelpon duluan.
"Halo hyung? Apa kabar?"
Satu pertanyaan yang tak pernah Haechan lupakan saat menelpon Mark.
"Baik. Kau sendiri bagaimana? Suaramu terdengar bahagia sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass (NOMIN)
Fanfiction[REVISI] "Waktu yang menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Terkadang waktu yang salah bisa menjadi yang paling sempurna" Bagi Na Jaemin, menikahi seorang Jung Jeno adalah sebuah fatamorgana. Kehidupannya selalu dipermainkan oleh waktu. Sedeti...