Alora berjalan menyusuri lorong Hogwarts yang tampak sepi karena pelajaran sedang berlangsung.
Sedangkan Alora tadi terpaksa tak mengikuti kelas pertama karena Professor McGonagall memanggilnya. Alora berjalan dengan santai, matanya menatap semua lukisan didinding tua Hogwarts.Dalam hitungan detik lantai terasa bergetar tak lama kemudian munculah Hagrid dari sayap kanan dengan sedikit berlari, tampaknya dikedua tangan raksasa itu terbaring seorang siswa yang tampaknya sangat kesakitan, dari rambutnya saja Alora sudah menebak laki-laki yang di gendong Hagrid adalah Draco, si pemilik rambut mencolok itu.
Hagrid berhenti sebentar ketika berpapasan dengan Alora.
"Kau tidak ada pelajaran Alora? " Tanya Hagrid disusul erangan Draco yang tambah parah seakan ingin mengatakan "JANGAN MEMBUANG WAKTU CEPAT BAWA AKU KE HOSPITAL WING!"
"Tentu saja ada, namun aku harus izin tidak mengikuti karena Professor McGonagall memanggil ku. Tapi Hagrid ada apa dengan Malfoy? " Alora tak bisa menahan gejolak rasa penasaran nya.
"Dia-"
"Sudahlah! Jangan membuang waktu berbicara dengan manusia seperti dia, cepat bawa aku, aku tidak ingin mati konyol karena harus menghembuskan napas terakhir ku ditangan kotormu itu!" Draco masih sempat untuk menghina Hagrid dan Alora.
"Kau harus memilih kalimat mu dengan bijak, Malfoy! Jika aku jadi kau Hagrid aku tak akan membuang waktuku menggendong manusia pirang ini ke hospital wings melainkan akan aku lempar saja ke danau hitam!" Balas Alora tak kalah sadis, dirinya tak habis pikir mengapa Draco berubah secepat itu.
"Dasar kau darah lumpur!"
Alora sama sekali tak marah.
"Cukup Malfoy! Tenanglah, kau tidak akan mati di tanganku, namun asal kau tau aku sudah mencuci tanganku, kalau begitu selamat tinggal Alora! " Hagrid kembali berlari, dia tidak ingin membuat Draco mengeluarkan semua kata-kata buruk tentang muggle, sedangkan Draco kembali menjerit seperti seorang ibu yang hendak melahirkan anak pertamanya.
Alora kembali berjalan dan pikiran nya mulai kemana-mana, ketika Draco mengucapkan kata mudblood Alora sama sekali tak marah karena ia merasa Draco mengucapkan itu dengan terpaksa dan penuh rasa penyesalan, Draco mengucapkan itu seaakan dirinya ingin menunjukan kesemua orang bahwa dia membenci yang namanya mudblood terutama Alora, karena Draco menyadari bahwa beberapa murid sadar jika Draco peduli pada Alora, maka dengan itu Draco berusaha menutupi nya dan membuktikan bahwa dirinya sama sekali tak peduli dan sangat sangat membenci Alora.
Alora sama sekali tak mudah dibohongi, dia tidak merasa ge-er tapi memang pada dasarnya Draco peduli padanya dan Alora menyadari itu dan menyukai hal tersebut, walaupun Draco mencoba untuk menutupi nya tapi percayalah, insting perempuan lebih kuat dari semua itu.
***
Alora bersama Golden Trio sedang duduk di meja makan, keempatnya kompak memandang kearah meja yang diduduki Draco dkk. Namun bedanya, Harry, Ron, dan Hermione memandang Draco dengan tatapan tidak suka berbeda dengan Alora yang tampak kasihan dengan tangan kiri Draco yang diperban.
Draco tampak antusias menceritakan kisah bagaimana dia mendapatkan luka itu dan bagaimana dia berada di ambang antara hidup dan mati, seolah-olah dirinya seorang pahlawan yang baru pulang dari medan perang dan mendapati seribu luka, kira-kira seperti itulah yang dipikirkan Harry, Ron dan Hermione.
Sedangkan Alora yang tidak menyaksikan kejadian Draco diserang buckbeack secara langsung murni khawatir dengan tangan Draco, namun Alora sedang malas bertengkar dengan Pansy yang membuatnya meredam Keinginannya untuk bertanya langsung kepada Draco mengenai kabarnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LUCKY MUDBLOOD {TAHAP REVISI}
FanfictionMereka yang disebut keluarga berdarah murni mempertahankan kemurnian mereka dengan tidak menjalin hubungan apapun dengan penyihir selain pureblood. Lalu bagaimana jika salah satu dari mereka tidak sengaja jatuh cinta kepada muggle-born? baca:cinta t...