CHAPTER 39

1.4K 183 9
                                    


Kedua insan itu saling memeluk satu sama lain, kedua mata mereka terpejam dan sekarang mungkin sedang berada di alam mimpi.

Sudah cukup lama Draco tidak bisa tertidur tenang, namun dengan Alora di pelukannya itu membuat laki-laki itu dengan mudah terpejam.

Keesokan harinya ketika sang mentari belum menduduki singgasana nya, Draco bangun terlebih dahulu.

Perlahan ia memindahkan kepala Alora yang berada di atas dadanya dan menyingkirkan rambut yang mengenai kelopak mata gadis itu.

Cukup lama Draco menatap wajah Alora yang tertidur tenang sebelum ia keluar dari kamar miliknya.

Laki-laki itu kembali dengan sarapan yang ia ambil dari dapur Hogwarts, Draco mulai menata sarapan tersebut di atas meja, tak lupa ia juga membuat dua cangkir teh.

Setelah selesai Draco menunggu Alora bangun sembari membaca sebuah buku.

Tak lama kemudian Alora terbangun dari tidurnya dan Draco tersenyum kearahnya.

"Selamat pagi." Sapa laki-laki itu.

"Hmmm." Balas Alora, gadis itu berusaha sebisa mungkin mengumpulkan nyawanya, matanya mengerjap-ngerjap, melihat Draco yang tampak sudah sangat rapi.

"Pukul berapa kau bangun, Dray?" Tanya gadis itu sembari berjalan menuju sofa.

"Entah, aku tak melihat jam." Draco langsung menutup bukunya dan memusatkan perhatian nya kepada Alora.

Gadis itu mengambil duduk di samping Draco dan kembali mengumpulkan nyawanya, manik abu Draco tak lepas dari wajah Alora.

"Bahkan ketika baru bangun tidur kau tetap cantik." Kalimat itu mengalir begitu saja seperti air, tentu saja membuat pipi gadis brunette itu bersemu merah.

"Hentikan."

"Itu benar."

"Ck, sudahlah aku lapar."

Draco langsung mengambil piring berisi roti lapis dan menyodorkan nya ke Alora.

"Kau tak bisa lagi makan di great hall."

Alora mengangguk saja lalu melahap roti lapis tersebut.

"Lora ku lucu."

Kedua alis gadis itu hampir bersatu, Draco sedari tadi tak berhenti memujinya.

Ketika sedang mengunyah tak sengaja beberapa helaian rambut ikut termakan, Draco buru-buru menyingkirkan rambut tersebut.

"Rambut brunette mu tampak indah."

"Ya, dan rambut pirang mu sangat mencolok."

Draco tertawa mendengar hal tersebut.

"Aku serius, aku rasa kalau kita berjalan dimalam hari kita tak butuh lampu lagi jika ada rambutmu."

"Ya, tapi kau suka bukan?"

Alora hampir saja tersedak rotinya, sekujur tubuhnya terasa merinding kala mendengar suara berat Draco.

"Dulu biasanya kau akan marah jika ku ejek pirang."

Draco tersenyum mengingat hal itu.

"Aku merindukan saat saat kau mengejekku lagi."

"Jangan berkata seperti itu." Jika nada bicara Draco merendah berarti ada hal serius yang ingin ia katakan.

Draco mendekatkan wajahnya dan menggenggam tangan gadis itu.

"Alora dengarkan aku baik-baik. You-know-who mengincar mu, kau harus bersembunyi ditempat yang aman, dia akan menggunakanku agar bisa menculik mu tapi aku tak akan membiarkan hal itu terjadi. Pergilah kerumah Weasley."

THE LUCKY MUDBLOOD  {TAHAP REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang