Snape mendorong Draco keluar dari ruangannya, diacungkan nya wand nya tepat didepan wajah Draco.
"Kau sadar apa yang kau lakukan itu sangat berbahaya, Draco."
Draco menepis wand milik Snape.
"Lalu apa? Apa aku tak boleh memiliki kisah asmara seperti remaja lainnya?"
Snape menatap datar, "Menyedihkan sekali. Percayalah itu tak akan berhasil, ku sarankan Miss Parkinson-"
"Dia hanya sebatas temanku." Potong Draco, "Aku tau kisahmu bagaimana dan aku tak akan membuat kesalahan fatal seperti yang kau lakukan."
Snape tidak terpancing emosi sama sekali.
"Aku juga tau perjanjian konyol mu dan Ibuku, tapi bukan berarti kau harus ikut campur dalam segala hal, Professor!" Dengan begitu Draco berjalan menjauh, di lorong yang besar tangannya mulai terasa sakit.
"Sial!" Draco mengubah jalannya menuju danau hitam dan disana dia ber-apparete menuju mansion nya
***
Beberapa hari lalu Hogwarts dihebohkan dengan kejadian Katie Bell yang jatuh pingsan setelah menyentuh sebuah kalung yang katanya dititipkan seseorang kepada nya untuk diberikan kepada Dumbledore, tapi Katie tidak mengingat siapa yang menyuruhnya.
Alora berjalan menuju great Hall untuk sarapan, sebenarnya dia agak terlambat tapi semoga saja makanan nya masih ada.
"Granger!"
Alora berbalik melihat Blaise yang tampak terengah-engah.
"Ada apa Blaise?" Tanya gadis itu dengan senyumannya.
"Draco." Blaise menatap Alora serius, "Dia di hospital wings!"
Alora terkejut, namun ia sembunyikan, takut-takut Blaise akan mengetahui hubungan keduanya.
"Lalu?" Alora berpura-pura tak peduli.
"Ck! Aku tau hubungan kalian berdua makanya aku memberitahu mu." Tanpa ba-bi-bu lagi, Blaise menarik pergelangan tangan Alora membawanya menuju hospital wings.
Alora berusaha menyeimbangi irama langkah Blaise yang tergesa-gesa, jantungnya berdegup karena takut, takut hal buruk terjadi kepada Draco.
Sesampainya disana Blaise membawa Alora ke kasur yang terletak di paling ujung dan membuka tirai putih tersebut.
Tampak Pansy duduk di samping brankar Draco, dan Draco yang terbaring tak sadarkan diri.
Tak terlihat bekas luka ditubuh Draco dan itu membuat Alora sedikit lega.
Pansy menatap sinis Alora yang tampak khawatir sekaligus bingung, "Jika kau penasaran apa yang terjadi dengan PACARMU ini tanya saja dengan PACAR MU YANG PERTAMA." Dengan begitu Pansy bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.
Alora langsung duduk di kursi yang tadinya diduduki Pansy dan menyentuh kening Draco, tubuh Draco sangat dingin.
"Apa yang terjadi, Blaise?"
Terdengar helaan napas dari Blaise, "Professor Snape mengatakan Potter menyerangnya dengan mantra yang berbahaya."
Alora terbelalak kaget, "Itu bukan ketiga mantra itu bukan?"
Blaise menggeleng.
"Potter menggunakan mantra yang dibuat oleh Professor Snape makanya Professor Snape dapat langsung menyembuhkan Draco ditempat."
Harry, apa yang kau lakukan?
Alora menggenggam erat telapak tangan Draco yang terasa dingin, ia menenggelamkan wajahnya di atas kasur dan mulai terisak.
Sentuhan pelan terasa di puncak kepala Alora, "Aku akan memberimu waktu sendiri, setelah itu pergilah untuk sarapan." Tak ada jawaban dari Alora lalu Blaise pun meninggalkan keduanya.
Perlahan gadis berambut brunette itu mengangkat wajahnya dan menatap dalam Draco.
"Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Gumamnya, dia mengusap-usap pelan pergelangan tangan kiri Draco.
Perlahan-lahan usapan itu semakin keatas, Alora dengan sigap menggulung lengan baju Draco dan disaat itulah dia melihat sesuatu berwarna hitam yang menyatu dengan kulit pucat Draco.
Deg!
Tato tengkorak dengan ular yang seakan keluar dari mulutnya.
Death eather mark!
***
Kelopak mata itu perlahan terbuka, kedua manik abu itu menerawang sekitar.
Hospital wings.
Draco meringis kala mengingat alasan ia bisa berada disini, itu karena serangan Harry.
"Cih, Aku pikir aku akan mati." Draco hendak bangkit dan disaat itu ia baru sadar tangannya dicekal erat oleh seorang gadis yang tertidur dalam posisi duduk dengan kepala dipinggir ranjang.
Dia Alora, gadis itu masih setia menemani Draco.
Draco membelai pelan rambut Alora, menatap gadisnya dengan tatapan bersalah.
"Jika kau tau apa yang sedang kulakukan, apa kau akan tetap berada di sampingku?"
Tak ada jawaban, tentu saja.
"Maafkan aku, Alora," Kecupan hangat mendarat di puncak kepala gadis bermarga Granger itu.
Draco lantas bangkit dan menggendong Alora ala bridal style dan membawanya ke asrama Slytherin.
***
"Kau gagal Draco."
Laki-laki berambut pirang itu menundukkan wajahnya, "I'm sorry."
"Mengecewakan sekali." Voldemort membelai nagini yang bermain manja di tangan tuannya.
Wajah Draco semakin tertunduk.
Deret kursi terdengar, Voldemort bangkit dari duduknya, sedangkan Draco mempersiapkan diri akan hukuman yang diberikan Voldemort.
Bugh!
Voldemort menaruh tangannya diatas bahu Draco dengan kasar dan menariknya kebelakang.
"Berikan minuman ini kepada kepala sekolah lewat Professor baru itu." Voldemort memberikan sebotol minuman yang tak lain adalah racun. "Jika kau gagal kali ini Draco, maka kau lah yang harus membunuhnya tanpa perantara siapapun."
Dengan tangan yang sedikit gemetar, Draco mengambil racun tersebut membuat Voldemort tertawa jahat.
"Bagus, Draco, jangan mengecewakan ayah dan ibumu." Voldemort melepaskan cekalan nya pada bahu Draco.
"Kau harus mendidik nya lebih berani lagi Lucius, anak itu bahkan tak kuat melawan Potter."
Lucius yang disebut namanya langsung mengangguk patuh.
"Cih, anak dan ayah sama saja."
"Kembalilah ke Hogwarts dengan berita kematian Dumbledore."
"Sampai jumpaa Draco!" Bellatrix tertawa jahat.
Pikiran Draco benar-benar kacau, dia takut, sedih, gelisah, dan kecewa pada dirinya sendiri.
Ia merasa jahat karena sudah mengkhianati Alora, tapi dia juga tak mau mengecewakan orang tuanya.
Jika aku terjun dari menara astronomi, apakah semuanya akan berakhir?
***
Holaaa!!! Aku kembali!! Apakah masih ada yg bertahan?🤔 maaf banget satu bulanan aku gak up 😞 karena emang lagi kehabisan ide dan kemarin aku pts.
Sebenarnya lagi gk mood nulis sama sekali krn lumayan down akibat nila ulangan tapi krn ada yg komen masih nungguin dan jadinya aku semangat buat nulis lagi! ♡'・ᴗ・'♡
Semoga suka! Jangan lupa vote nya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LUCKY MUDBLOOD {TAHAP REVISI}
FanfictionMereka yang disebut keluarga berdarah murni mempertahankan kemurnian mereka dengan tidak menjalin hubungan apapun dengan penyihir selain pureblood. Lalu bagaimana jika salah satu dari mereka tidak sengaja jatuh cinta kepada muggle-born? baca:cinta t...