"Ya, bahkan ayahku sampai mendapatkan beberapa jahitan karena gigitan tersebut." Alora bercerita dengan antusias sepanjang perjalan bersama Harry, Ron, dan Hermione.
Harry menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa ngeri.
"Lalu aku ingat kau hampir merobek jahitan tersebut," Celutuk Hermione.
"Blody hell!" Respon Ron.
"Aku yang kecil maksudmu!" Alora membela dirinya.
Lalu Hermione tertawa.
"Alora yang kecil sangatlah liar, dia pernah merobek selembar novelku yang belum aku baca lalu menghancurkannya dengan gunting dalam sekejap, sampai sekarang aku tak tau apa cerita di lembaran tersebut." Kata Hermione dengan suara berat.
"Kau masih bisa membeli buku itu lagi." Ujar Harry.
"Tak semudah itu Harry untuk mendapatkan buku yang dengan stok terbatas, salahkan Alora."
Alora langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Maafkan aku Hermione, itu juga salahmu! Kau tak mau memberikanku kertas gambar mu, Hermione sampai sekarang masih sangat pelit!"
"Sekarang kau menyalahkan ku!"
Alora langsung menyembunyikan wajahnya di lengan Harry.
Bagi Harry dan Ron, melihat kedua kakak-adik yang terus berdebat itu menyenangkan, seakan itu adalah bahasa cinta mereka, mereka hanya saling gengsi untuk menunjukan kasih sayang secara langsung.
Setelah sampai di great hall, mereka dibuat kagum dengan The goblet of fire yang mengeluarkan api berwarna biru, piala itu nantinya akan memuntahkan tiga kertas berisi nama-nama peserta dari ketiga sekolah.
"Wow, piala yang sangat indah!" Hati Alora terasa tenang melihat warna itu bersinar.
Ron yang masih sangat kesal dengan kenyataan bahwa namanya tidak akan keluar dari piala itu karena jelas dia tidak bisa mendaftar karena masih di bawah umur lantas berjalan menunju meja Gryffindor lalu duduk di samping Seamus.
Hermione yang melihat Ron melangkah dengan malas mengerutkan keningnya, "Dasar, Ron!"
Alora tertawa mendengar Hermione berkata seperti itu.
"Apa?" Tanya Hermione bingung.
"Tidak!" Alora dengan cepat menggeleng dan berjalan menuju meja Slytherin.
Dan sebelum ia sampai ketempat duduknya ia berpapasan dengan Cedric, Hanna, dan tiga laki-laki Hufflepuff lainnya, langsung saja Alora menyapanya.
"Cedric!"
Cedric berhenti dan membalikan badannya dengan bingung, lalu ketika ia melihat Alora berdiri tak jauh dan tersenyum, langsung saja Cedric mengenali gadis tersebut.
Cedric melangkah mendekati Alora.
"Hai! Masih ingat dengan ku?" Tanya Alora tak yakin.
Cedric menundukkan wajahnya, tenggelam dalam tawanya, "Ya, tentu saja, Alora." Ucap Cedric.
Alora menghela nafas lega, "Kau mendaftar untuk tournament?"
"Ya, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu!"
Alora mengangguk-angguk mengerti, "Baiklah semoga terpilih!"
"Thanks!"
Setelah Cedric melangkah pergi, Alora berjalan dan duduk tepat di samping Blaise.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LUCKY MUDBLOOD {TAHAP REVISI}
FanfictionMereka yang disebut keluarga berdarah murni mempertahankan kemurnian mereka dengan tidak menjalin hubungan apapun dengan penyihir selain pureblood. Lalu bagaimana jika salah satu dari mereka tidak sengaja jatuh cinta kepada muggle-born? baca:cinta t...