Alora berjalan seorang diri menuju kelas ramalan yang berada di menara Utara. Saat pertama kali menuju kelas ini di tahun ketiga Alora cukup bingung dan kesusahan mencari kelas tersebut yang ternyata pintunya terletak diatas atap, kelas ramalan ada diloteng, gelap dan aroma parfum yang begitu menyengat membuat orang-orang pusing akan baunya, tapi Professor Trelawney menganggap ia akan kehilangan mata batinnya jika terlalu lama menghabiskan waktu dibawah.
Sama halnya dengan golden trio, Alora juga merasa menyesal telah mengambil pelajaran ini, dia tak sepenuhnya percaya akan ramalan tapi terkadang perkataan Professor Trelawney membuatnya parno.
Seperti contohnya pagi ini ketika mereka belajar membaca garis tangan, Professor Trelawney melangkah lebih dulu mendekati meja bundar tempat Alora menaruh semua buku-bukunya.
Professor Trelawney tampak membulatkan matanya yang sudah cukup bulat karena memakai kaca mata sebesar itu dan tubuhnya gemetar.
"Oh anakku, aku melihat hal buruk tentangmu. Berikan tanganmu, nak." Professor Trelawney mengulurkan tangannya, wajahnya terlihat sangat dramatis ditambah nada bicara nya yang dibuat semisterius mungkin.
Alora dengan ragu meletakkan tangannya diatas tangan Professor Trelawney dengan telapak tangan menghadap keatas, dia tau kalau saat ini dia sudah menjadi pusat perhatian satu kelas.
Professor Trelawney tampak berkomat-kamit seolah membaca sesuatu ditelapak tangan Alora, "Tidak, ini buruk. Oh, anakku, malang sekali nasibmu."
"Nasib apa yang kau maksud?" Walaupun dia tidak percaya ramalan tapi tetap saja dia sedikit takut.
"Ketika bulan kesembilan datang kau akan mengalami kesulitan yang berkepanjangan, kegelisahan, kekhawatiran, dan kematian. "
Alora merasa pasokan udaranya berkurang, murid-murid lain tampak nya merinding mendengar ucapan Professor Trelawney.
"Aku akan mati?" Tanya Alora, dadanya naik turun karena amarah yang memuncak dan rasa takut yang menyelimuti nya.
"Bukan, nak, seseorang yang kau sayang dan sangat berharga untukmu, mereka perlahan akan meninggalkan mu. Oh, sayangku, aku benci untuk mengatakan ini tapi kurasa kau harus tau." Professor Trelawney menggenggam erat telapak tangan Alora, "Waspada lah terhadap laki-laki terhormat, dialah penyebab dari semua musibah yang menimpamu nanti."
Laki-laki terhormat apa maksudnya?
"Sedikit saran dariku, jangan memulai sesuatu yang seharusnya tidak dimulai karena sesuatu itulah yang akan membuatmu kesulitan dan menambahkan musibah untukmu, anakku sayang, berhati-hatilah."
Alora menarik kasar tangannya, dia tak mau mendengar lebih jauh lagi tentang masa depan suramnya itu, memang dia yang bodoh karena mempercayai Professor Trelawney, bahkan Professor McGonagall saja mengatakan bahwa Professor Trelawney tidak lebih dari pada seorang penipu.
"Siapakah kira-kira laki-laki terhormat itu?" Walaupun tak percaya Alora masih sedikit penasaran soal laki-laki yang akan menghancurkan masa depannya yang indah dan penuh fantasi.
"Aku tidak bisa melihat nya, yang jelas dia adalah satu-satunya penerus keluarga nya dan dia jelas berasal dari kelurga penyihir yang sangat di hormati dan menjungjung tinggi-tinggi kemurnian darah. Hanya itu yang bisa kulihat, aku rasa garis telapak tanganmu tidak membiarkan mata batinku menjelajahi sepenuhnya."
Baiklah, Alora merasa cukup, cukup atau nanti dia bisa menjadi gila karena mendengar semua omong kosong Professor Trelawney.
Setelah pelajaran selesai waktunya makan siang, disini lah Alora, duduk termenung dimeja Gryffindor, dia bahkan belum menyentuh stik miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LUCKY MUDBLOOD {TAHAP REVISI}
FanfictionMereka yang disebut keluarga berdarah murni mempertahankan kemurnian mereka dengan tidak menjalin hubungan apapun dengan penyihir selain pureblood. Lalu bagaimana jika salah satu dari mereka tidak sengaja jatuh cinta kepada muggle-born? baca:cinta t...