•30•

1.9K 177 34
                                    

Jimin menatap langit langit kamarnya malas. Dia tak memiliki niat untuk bangkit dari kasurnya barang sedetik pun.

Sekarang sudah jam 2 siang.

Dia sudah melewatkan kelas pagi nya, meski sejam lagi akan ada kelas lainnya. Tapi jimin tak perduli, dia hanya ingin tidur dan melewatkan harinya didalam kamar.

Yoongi tak mengabarinya. Membujuknya juga tidak.

Yoongi tak perduli.

Tak apa.

Toh dia masih hidup tanpa yoongi.

Meski dalam keadaan yang tidak baik baik saja.

Jimin menghela nafas lalu mencoba menutup mata, namun suara ketukan pintu membuyarkan segalanya.

Dengan amat terpaksa jimin bangkit lalu membuka pintu kamarnya. Tatapannya datar dan dingin melihat siapa yang berdiri didepan kamarnya.

Muak. Jimin muak melihat wajah itu, jimin kembali menutup pintu namun sayang, gerak refleks taehyung begitu cepat mendorong pintu hingga dia terdorong kebelakang.

"Lo-"

"Lo Masih marah"

Jimin memejamkan matanya "keluar"

"Jim-"

"Keluar dari kamar gue!!"

Taehyung menelan ludahnya kasar saat melihat tatapan tajam menghunus tepat diulu hatinya.

Nyeri.

"Gue minta maaf. Gue bakal perbaiki semuanya"

Jimin menatap taehyung datar "lakuin apapun sesuka hati lo tae. Nyatanya semua udah hancur, nggak ada yang bakal bisa lo perbaikin lagi"

Taehyung menggeleng yakin "gue yakin masih bisa" lalu dia pun pergi meninggalkan jimin yang masih menatapnya dengan tatapan terluka.

"Semua udah ancur tae. Meski lo perbaiki, jungkook udah terlanjur benci gue. Yoongi juga udah bukan milik gue lagi tae" lirih jimin pelan.

Jimin lalu berbalik dan memilih masuk kedalam kamar mandi. Membersihkan diri untuk bersiap kemampus. Mungkin akan lebih menyenangkan jika dia memilih pergi hari ini, dari pada dikamar.

Diam dan bersedih karna memikirkan hubungannya dengan yoongi.

Jimin berjalan lesu kearah kelasnya. Beruntung dia tak terlambat hari ini. Baru saja memasuki kelas, tatapan mematikan dari seseorang mencubit kecil hatinya.

Jimin rindu tatapan sahabatnya yang dulu. Jungkook yang akan menyambutnya dengan senyum lebar dan mata berbinar, memeluknya bahkan tak sungkan mencium pipinya sebagai tanda sayang.

Sekarang yang dia lihat hanya tatapan benci, muak dan dendam jadi satu.

Jimin tak menyangka satu kesalahan yang tak dia perbuat bisa merubah sosok manis sahabatnya menjadi sosok yang jahat.

Jimin menghela nafas dan memilih duduk dikursinya, memasang headset dan mengeluarkan buku novelnya mengacuhkan segala bisikan dan sindiran dari teman sekelasnya.

Tak apa. Semua akan baik baik saja.

Kelas pun selesai. Jimin bergegas keluar kelas karna sudah tidak tahan untuk buang air sejak tadi. Jimin bergegas memasuki Tiolet, memasuki salah satu bilik lalu melepaskan sesaknya sejak tadi.

Setelah selesai, jimin berdiri lalu ingin keluar. Namun suara seseorang dibalik sana menghentikannya.

"Aku udah lakuin apa yang kakak suruh kok"

[END]Brandalan KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang