•38•

2K 197 15
                                    

3 bulan berlalu, banyak yg sudah jimin lewati tanpa kehadiran yoongi disampingnya.

Sepi. Sangat.

Jujur dia tak terbiasa tanpa yoongi, laki laki yang dari dulu tak pernah sanggup untuk menolak keinginannya. Laki laki tengil yang mempunyai banyak cara agar jimin nyaman dengannya. Laki laki yang dulunya tak pernah dia bayangkan akan menjadi separuh hidupnya.

Yoongi, laki laki brandalan yang sudah berhasil mengacaukan hatinya, yang kini tengah berjuang melawan sakitnya di negara lain. Berjuang untuk sembuh dan bisa pulang untuk bertemu 'rumahnya'.

"Jimin, ngelamun lagi hm?"

Mata sipit itu mengerjap saat merasakan elusan lembut dipipinya. Nampak zena yang tengah menatapnya sambil tersenyum khas seorang ibu.

"Kenapa? Mikirin yoongi ya?"

Jimin terkekeh pelan dan kembali menuntun mamanya agar kembali berjalan, mereka tengah berjalan jalan sore, ngomong ngomong.

Karna kandungan zena yang sudah memasuki bulan ke 8, perut mamanya sudah besar karna calon adik bayinya akan hadir sebentar lagi.

"Engga ma"

"Terus mikirin siapa kalo ga yoongi? Kamu selingkuh ya?"

"Iih mama. Mana mungkin aku selingkuh?"

Zena terkekeh melihat wajah menggemaskan putranya yang tengah menggerutu kesal.

"Jimin cuma penasaran, yoongi lagi apa disana ma. Udah 3 hari kita ga kontakan"

"Ya mungkin yoongi lagi sibuk disana sayang. Gimana perkembangan kakinya? Dia ada kasih tau kamu ga?"

"yoongi udah bisa jalan sekarang ma, walau harus pakai tongkat"

"Syukur deh kalo gitu"

Jimin mengangguk mengiyakan, lalu kembali menuntun mamanya agar sampai keteras rumah.

"Ma dede bayinya kapan lahir sih? Aku dah ga sabar"

"Sabar dong sayang, bentar lagi dede bayi pasti lahir oke"

Tiba tiba saja, jimin mengenggam tangan zena lalu menatap matanya dalam "mama janji ya, mama sama dede bayi harus baik baik aja. Aku janji bakal do'ain yang terbaik untuk mama sama dede bayi"

"Makasih ya sayang, selalu berdo'a ya. Biar semua baik baik aja"

"Woii!!"

"Ihh jungkook!! Lo ngagetin aja sih?" Jimin menatap jungkook kesal sambil mengusap dadanya yang berdebar karna terkejut.

"Ya lagiaan, udah dipanggilin juga dari tadi" sungut jungkook lalu mengambil duduk dibelakang jimin "kenapa sih? Kok bengong?"

"Ga papa. Lo laper ga? Kantin yuk"

Jungkook pun mengangguk dan mengikuti jimin kekantin. Jimin bernafas lega saat tak lagi mendengar bisikan bisikan menyakitkan yang belakangan ini selalu dia dengar. Semenjak dia dan jungkook berbaikan, bisikan dan hinaan itu masih terus terdengar oleh jimin.

Jungkook sering kali membelanya namun semua hinaan itu tak kunjung hilang.

Namun, tampaknya semua orang mulai lelah dan kembali mencari kesibukan lain.

"Untung aja ya kook"

"Kenapa?"

Jimin menatap jungkook dan tersenyum lembut "kayanya semuanya udah pada cape deh cari masalah sama gue"

Jungkook ikut terkekeh saat Jimin tertawa "lo jadi bisa tenang lagi mulai sekarang"

Jimin mengangguk dan menatap lurus kedepan, sedangkan jungkook yang tadinya tersenyum kini nampak murung dan menatap jimin penuh sesal.

[END]Brandalan KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang