VII

26.6K 895 16
                                    

"Lufi, may i?"

Lufi mengangguk pelan, ada keraguan melintas dalam dirinya.

Lucian mendekatkan wajahnya ke kewanitaan Lufi. Lelaki itu mengendus, lalu menggesekkan hidungnya di inti yang masih tertutup kain segitiga.

"A— ah astaga, Lucian geli."

Lufi bergerak seperti cacing kenapasan. Rasa geli dan nikmat bercampur bersamaan.

Lucian tersenyum, giginya menarik tepian karet celana dalam Lufi dengan satu tarikan. Kain segitiga itu turun hingga lutut. Lucian menatap lapar lipatan kewanitaan Lufi.

Lufi masih duduk di meja. Satu kakinya menggantung dan satu lagi tertekuk, membuat selangkangan bersih itu mengangkang.

Milik Lufi sangat mulus. Bersih tanpa bulu, putih seperti tubuhnya yang lain. Lubang itu nampak tertutup rapat disertai cairan bening yang mengkilap. Lucian Mengecup pelan milik Lufi, lalu mendongak melihat reaksinya.

"Your wet."

Lufi tersipu, pipinya berubah bak kepiting rebus. Gadis itu memalingkan wajah malu.

Lucian membuka lipatan bibir liang itu dengan kedua ibu jarinya. Kewanitaan Lufi nampak memerah, indah seperti mawar merekah. Bau khas yang membuat Lucian gila ingin segera memasukkinya.

Lucian mulai menyapu lidahnya dari titik sensitif hingga naik ke klirotis. Lelaki itu beralih menjilatnya liar.

Tubuh Lufi membusung tinggi, rasanya nikmat dan perih. Oh ya, tak lupa juga rasa pening berkunang menyerang kepala Lufi. Apalagi ketika lidah Lucian mulai menyapu kewanitaanya, tubuh Lufi berdesir panas, seperti tersenggat aliran listrik tegangan tinggi.

"Luci— ahhh!"

Lufi merutuki dirinya. Desahan itu keluar alami dari bibir kecilnya.

Sedangkan Lucian, mendengar desahan itu semakin bersemangat. Lidahnya menyapu rata, bergerak menggocok mengubrak-abrik isi di dalamnya.

"Luci— ahhh!"

Entah sejak kapan, tangan Lufi menjambak rambut Lucian. Menekan kepala itu semakin dalam.

Satu tangan Lucian menjalar mencari gundukkan kenyal favoritnya. Setelah dapat, Lucian meremasnya kasar.

Lufi terus mengeluarkan desahan. Sungguh Lufi dibuat hilang akal oleh permainan lidah dan tangan Lucian.

"Luc— Luci, aku ingin pip— pis. Ststop!"

Nafas Lufi semakin memburu berat. Ia menahan sekuat tenaga gelenyar aneh yang datang dalam tubuhnya. Sesuatu yang siap meledak. Lufi tidak tahu itu apa. Lufi hanya mampu berpikir bahwa itu adalah air seni.

Lidah Lucian di dalam sana terasa diremas, ada kedutan muncul. Lucian tahu, Lufi akan segera mencapai puncaknya. Lelaki itu mempercepat kocokkan lidahnya.

Suara decapan lidah bersatu dengan cipratan cairan itu menggema di ruang kerja Lucian.

Suaranya semakin terdengar nyaring, seiring gerakan lidah dipercepat.

Lufi tidak bisa menahannya lagi. Tangannya menekan lebih dalam kepala Lucian, kedua kakinya melilit kepala lelaki itu. Tubuh Lufi bergetar hebat, bersamaan dengan cairan kental mengalir deras dari liangnya.

Lucian menghisap habis cairan itu, kepalanya terendam di selangkangan Lufi. Lucian suka gadisnya menikmati permainannya.

Lucian perlahan melepas kaki Lufi yang melingkar di kepalanya. Lucian mengangkat tubuhnya naik, mensejajarkan dengan wajah Lufi.

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang