XXII

9.3K 356 18
                                    

MOHON MAAF PART INI DI PRIVAT. SILAHKAN KLIK NAMA PENGGUNA, LALU IKUTI PENGGUNA UNTUK MEMBUKA PRIVAT.

SETELAH MENGIKUTI, TEKAN KEMBALI CERITA INI LALU GULIR ATAU GESER UNTUK LANJUT MEMBACA.






•••

Lufi tengah sibuk memilih lipstik yang akan dipolesnya. Ia berpikir begitu lama, padahal Lucian sudah menggeram kesal. Lelaki itu telah siap dengan setelan formalnya. Malam ini, mereka akan pergi menghadiri pesta rekan bisnis Lucian.

Lufi masih saja mengetuk jari di dagu, menimang-nimang pilihan terbaiknya. "Um ... ini?" Lufi menggeleng. "Tidak tidak, itu terlihat mencolok."

"Biar aku yang pilihkan." Lucian mendekati Lufi di kursi meja rias. Ia mengambil acak lipstik berbagai warna itu. "Ini saja."

Lufi mengangguk, ia membuka tutup lipstik pilihan Lucian lalu mulai memoleskan di bibir kecilnya.

Lufi mendesah tidak suka. Pilihan Lucian sangat norak. "Ck, tidak cocok!"

Baru saja Lufi akan menghapusnya dengan tisu, Lucian telah lebih dulu menghapus lipstik itu dengan bibirnya. Ia meraup dan menjilat habis bibir Lufi, hingga warna lipstik itu memudar.

"Kenapa harus menggunakan tisu, jika bibirku saja, masih bisa menghapus lipstikmu."

Lucian mengusap sisa saliva di sudut bibir Lufi. Lelaki itu terkekeh melihat Lufi yang mematung seperkian detik.

"LUCIAN MODUS!"

|▪︎|▪︎|▪︎|

Tiba di depan lobby hotel. Lucian langsung merengkuh pinggang Lufi posesif, seakan ingin memberi tahu dunia bahwa gadis itu miliknya.

Mereka berjalan beriringan menuju rooftop, tempat diadakannya pesta.

Omong-omong, Jorick sudah kembali sehat pasca tembakan peluru yang meleset akibat ulah Lufi, dan sekarang ia sudah mampu melakukan tugasnya kembali, sebagai asisten. Kini, Jorick tengah berjalan bersama Cath mengikuti langkah Lucian dan Lufi.

"Sayang ingat. Jangan melirik lelaki lain! Dan tetap berada di sampingku, oke?"

Lufi mengangguk, mengiyakan perintah sekaligus peringatan Lucian. "Iya, Luci."

Lift terbuka dan langsung menampakkan rooftop yang sudah di dekor sedemikian rupa. Kursi berjajar saling berhadapan dengan meja membentang di tengah. Lilin-lilin warm white dimasukkan kedalam kotak kaca, juga bunga cantik merah tua menghiasi seperempat lahan di meja, ditambah view lampu dari pantulan gedung di sebrang. Dinner party ini terlihat sederhana namun tetap menyongsong tema elegan.

"Selamat datang, Mr. Lucian Dhe Costra. Suatu kehormatan untuk saya, Anda bisa hadir di pesta kecil ini." Seorang pria paruh baya menjabat tangan Lucian dengan senyum mengembangnya.

Lucian membalas jabatan, tersenyum kecil. "Terima kasih."

Pria paruh baya itu melirik gadis di samping Lucian.

Lucian melihat raut wajah bingung pria itu, ia memberikan kejelasannya. "Calon istriku." Lucian mempererat rengkuhannya di pinggang Lufi.

Lufi tersenyum manis. Ia menjulurkan tangan seperti halnya Lucian dan pria paruh baya tadi. "Saya Lufiana."

"Tidak perlu bersalaman." Lucian menurukan uluran tangan Lufi, beralih menyimpannya di dada lelaki itu. Kini, mereka terlihat sangat mesra, saling merengkuh satu sama lain.

Lufi mendongak menatap Lucian cemberut. "Luci ... "

Lucian menghiraukan rengekan gadis itu. Ia tetap mempertahankan wajah datarnya.

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang