"Luci— Mphhh!"
Lucian meraup kasar bibir gadis itu. Melumat, menjilat, mengigit bibir serta lidah Lufi yang selalu berhasil menggodanya setiap saat.
Lucian terus melanjutkan kesenangannya, tanpa memperdulikan pukulan rontaan gadis itu di dadanya.
"AHHH!"
Lufi menjerit kala tangan kekar lelaki itu meremas kasar buah dadanya. Di usia kandungan Lufi yang baru menginjak minggu kelima ini, payudaranya berubah ngilu dan sensitif. Dokter bilang itu umum terjadi karena perubahan berat badan pada ibu hamil.
"Duduk."
Lufi menggeleng, air matanya meluruh turun membasahi pipi. Lucian, lelaki itu kembali ke sifat aslinya. Sifat dominan yang kasar dan penuh penekanan.
Lucian berdecak. Ia menurunkan paksa bahu gadis itu sampai terduduk di lantai lift. Lucian perlahan membuka resleting celananya, membawa keluar kejantanan yang sudah mengeras, sekeras batu.
"Kulum."
Lufi menggeleng tidak mau. Wajahnya mendongak menatap Lucian penuh permohonan.
Lucian menjambak rambut Lufi mengarah ke kejantanannya. Kali ini, Lucian tidak bisa lagi menahan amarah setan yang siap meledak. Dan amarah itu, hanya bisa diredam dengan pelepasan yang nikmat.
"Mphhh!" Lufi memukul perut lelaki itu. Kepala kejatanan Lucian menekan bibir terkatupnya.
Plak
Lucian menampar pipi gadis itu dengan kejantanannya. Tidak keras, namun masih cukup bisa terdengar suara tamparan.
"KULUM LUFI!"
Lufi tidak suka dibentak. Namun, Lucian selalu membentak Lufi, jika keinginan lelaki itu tidak terlaksana.
Lucian mengayun-ayun kepala kejantanannya bergerak di bibir Lufi yang masih tertutup rapat. "Cepatlah. Shhh, aku tidak tahan!"
Lufi mengangguk, ia mulai membuka mulutnya, menjilat perlahan ujung kepala kejatanan lelaki itu.
"Shhh ... sayang." Lucian mengerang nikmat.
Ting
Lift terbuka. Aline yang tengah menunggu di depan pintu lift, hendak melangkah masuk. Namun, belum sempat melakukan itu, ia sudah langsung disuguhkan pemandangan tidak senonoh, manik Aline membulat penuh emosi.
"Astaga, LUFI LUCIAN!!!" Aline mendekati mereka tergesa. Satu tangannya menjewer telinga Lufi menjauhkannya dari benda kokoh milik anaknya, dan satu tangan lagi mencengkram erat penis Lucian yang mecuat keluar.
"A-akhhh ... Mom sakit." Lufi mengaduh kesakitan. Matanya sedari tadi memang sudah sembab akibat menangis itu, menatap bela kasihan pada Aline.
Sementara itu Lucian mengerang kencang. Wajahnya pucat pasi dengan tangan terkepal kuat merasakan siksaan tangan Aline di kejantanannya. Sungguh, cengkaraman itu sangat menyakitkan.
Aline melepas tarikan tangan di telinga Lufi, beralih mengeplak kepala Lucian. "KAU INI MANUSIA BUKAN HAH?! SUDAH TAU LUFI SEDANG HAMIL, TAPI KAU MASIH SAJA MENYURUHNYA MELADENI NAFSU BEJATMU." Aline semakin mengeratkan cengkramannya pada penis tegang Lucian. Ia tidak peduli seberapa besar kesakitan yang Lucian rasakan, yang jelas Aline melakukan itu agar membuat Lucian jera.
Tangan Lucian menahan tangan Aline yang semakin mempererat cengkaram di benda kokohnya. "A-AKHHH MOM!"
Bukannya mengendur, Aline malah semakin menjadi saat mendengar rintihan Lucian. "Rasakan ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUFICIAN
Romance• SEBAGIAN PART DI PRIVAT! TERBUKA BILA MEM-FOLLLOW. • FOLLOW DULU BARU BACA. !! WARNING 21+ !! • MENGANDUNG BAHASA KASAR, KEKERASAN DAN SEKSUALITAS. • HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. _________________________________________ Lucian Dhe Costra, kembal...