XXXIII

6.2K 288 24
                                    

"Uuu .., anakku ingin kakeknya mati."

"Luf-Lufi, k-kau— "

Lufi menoleh saat suara gagap Lucian terdengar. Ia menyimpan pistol itu di atas meja.

"Sttt ... " Lufi menempelkan telunjuk kecilnya di bibir Lucian. "Jangan kaget. Darah Miller mengalir di tubuhku." Senyum kecil ia berikan pada lelaki itu.

Lufi mendorong kursi putih berlapis emas, membuat suara decitan begitu nyaring terdengar. Ia melangkah bak slowmo sebelum benar-benar lenyap ditelan pintu keluar.

Oh Tuhan! Roh jahat apa yang telah merasuki diri Lufi? Lucian menekan pelipisnya kuat. Ibu hamil itu sungguh luar biasa. Seorang Egan, si ketua clan Miller yang ditakuti seantero dunia. Dengan mudah dan santainya, Lufi menembak Egan seakan lelaki tengah baya itu orang lemah tak berguna.

"Ikuti Lufi." Perintah Egan tenang. Satu peluru tidak akan membuat dirinya tumbang, apalagi mati.

Lucian bangkit menuju pintu keluar tanpa mengatakan satu kata apapun.

Eric yang sedari tadi melongo, kini mulai menyerap kewarasannya. Ia melirik Egan yang setia berwajah tenang, namun tangan lelaki itu menekan bahunya sendiri. "Dad, aku akan hubungi dokter Sonny."

Egan mengangkat tangan, tanda tak perlu. "Aku bisa mengobati sendiri."

Eric berdecak malas, ia mengikuti jejak Lufi dan Lucian keluar dari ruang serba putih itu.

Setelah keberadaan Eric tak telihat lagi, Egan segera menjatuhkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia setia menekan bahunya dengan mata terpejam dan bibir tersungging membentuk senyum lebar. Woah, putriku ternyata ganas juga!

"Panggil Sean, suruh datang kemari."

"Baik, Tuan." Jawab para bodyguard serempak dengan nada kaku.

Salah jika kalian mengira bodyguard itu manusia. Mereka semua adalah robot humanoid yang diciptakan dengan kecerdasan artifial. Bentuk, ukuran, dan otak mereka setara dengan manusia normal. Orang awam yang melihat para bodyguard itu akan terkecoh karena dari segi bentuk tidak ada perbedaannya dengan umat manusia.

TMA sengaja menciptkan suatu inovasi baru yang dapat menguntungkan mereka, dan setidaknya sedikit berguna untuk dunia.

Para bodyguard berbentuk robot humanoid itu memiliki kontrol dan respon cepat tanggap terhadap perintah Tuannya– Egan dan Eric. 

Pintu kembali terbuka otomatis memperlihatkan Sean dan Sonny berjalan mendekat.

Sonny duduk dengan tas kotak khususnya ia simpan di meja. Sedangkan Sean, lebih memilih berdiri di belakang kursi Egan.

Omong-omong, Sean sebenarnya melihat seluruh kejadian tadi lewat cctv tersembunyi dari salah satu iris mata robot humanoid, yang terhubung langsung ke layar computer bagian MIA— Miller's Intelligence Agency.

Sonny terkekeh rendah melihat Egan yang terkulai lemas. "Wah, wah, wah. Seorang Egan tertembak adalah hal langka yang wajib dirayakan."

Egan tersenyum kecil dengan mata setia terpejam. "Cepat obati. Aku harus segera menemui putriku."

Sonny mulai melakukan tugasnya sebagai dokter kepercayaan keluarga Miller. Hal seperti ini, sesungguhnya jarang terjadi. Apalagi Egan yang menjadi korban. Rasanya hanya bisa terhitung dua jari, peluru bersarang di tubuh lelaki itu

|▪︎|▪︎|▪︎|

"Huek ... huek ... huek."

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang