!! WAJIB VOTE & COMMENT !!
•••
Lufi berjalan sejajar dengan Lucian. Ia bahkan harus membopong satu tangan lelaki itu dipundaknya. Mereka sedang berada di salah satu rumah sakit kawasan Milan. Tak lupa, dua ajudan khusus Lucian mengikutinya di belakang.
Mereka harus datang kesini karena Lucian terus memuntahkan cairan bening, juga payudara Lufi yang lecet karena ulah lelaki itu.
Perlu kalian ketahui. Lucian akan terus mual jika tidak mengemut puting pucat Lufi. Dan Lufi, gadis itu sudah menangis kesakitan sebab payudaranya terasa sangat perih akibat Lucian yang tak henti-henti mengemutnya.
Tiba di depan ruang pemeriksaan, Lucian duduk di kursi tunggu, dengan Lufi berada di pangkuannya. Ia sedang tidak dalam mood yang baik. Lucian harus selalu berdekatan dengan Lufi agar emosinya sedikit meluntur.
Lucian mendusel hidungnya di bahu Lufi. "Lufi, aku ingin nen lagi ..," ucap lelaki itu dengan nada manja.
Lufi menghela nafas panjang. Gadis itu memilih tidak menjawab keinginan Lucian.
"Lufi ... " Lucian menusuk-nusuk kecil jarinya di bahu gadis itu.
"Iya nanti, sekarang payudaraku masih sakit."
Lucian menggeleng, bibirnya bergerak turun. Mata lelaki itu berkaca siap menumpahkan tangisan. "Hiks ... ka-kau jahat!"
Lufi membalikkan badan menghadap Lucian. Ia dibuat menganga tak percaya. Lucian menangis.
Sungguh, rasanya belakangan ini Lufi seperti sedang merawat bayi besar.
Perubahan emosi Lucian begitu acak. Lelaki itu kadang tersenyum bahagia tanpa sebab, lalu satu menit kemudian, Lucian menangis tersinggung karena hal sepele. Lucian juga jadi lebih manja dan kurang bergairah melakukan seks.
"Tuan Lucian." Seorang perawat memanggil dan menyuruhnya untuk langsung masuk ke ruang pemeriksaan.
Lufi setia menemani Lucian saat lelaki itu tengah diperiksa. Tangan mereka bahkan bertauan. Jelas itu semua keinginan Lucian agar gadis itu tidak bisa jauh darinya.
Dokter melepas eartips stetoskop. Ia tersenyum begitu simpul. "Tuan Lucian tidak terserang penyakit serius. Ini hanya gejala morning sick yang seharusnya dialami ibu hamil."
Dokter berjalan ke mejanya. "Tolong untuk Tuan Lucian jangan beraktifitas berat dulu, hindari makanan asam, dan istirahat yang cukup."
Lufi membantu Lucian untuk duduk, lalu mereka beranjak menuju dua kursi di depan meja dokter itu.
"Saya resepkan obat pereda rasa mual dan vitamin." Dokter menyerahkan selembar kertas resep. Lufi menerimanya dan berucap terima kasih.
Setelah selesai melakukan pemeriksaan di dokter umum, kini mereka berjalan ke kubu dokter kandungan. Aline telah membuatkan janji atas nama Lufi dengan salah satu temannya yang merupakan dokter kandungan di rumah sakit ini.
Lucian merebut kertas resep yang ada genggaman Lufi lalu menyerahkan kepada dua ajudannya.
Mereka yang tanggap dan cekatan mengangguk paham. "Baik, Tuan."
Lufi dan Lucian masuk ke dalam ruang pemeriksaan dokter kandungan.
Dokter tersenyum melihat keduanya melangkah ke arahnya. "Hai Lufi, saya Dr. Shanon. Mari saya periksa kandunganmu," ia beranjak menuju brangkar, begitupun dengan Lufi dan Lucian.
Dokter Shanon mulai mengarahkan stetoskop ke beberapa titik tubuh Lufi. Ia juga memberikan gel di perut Lufi, mengusap dan sedikit menekan seakan mengecek isi di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUFICIAN
Romance• SEBAGIAN PART DI PRIVAT! TERBUKA BILA MEM-FOLLLOW. • FOLLOW DULU BARU BACA. !! WARNING 21+ !! • MENGANDUNG BAHASA KASAR, KEKERASAN DAN SEKSUALITAS. • HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. _________________________________________ Lucian Dhe Costra, kembal...