XIII

15.9K 524 34
                                    

"Jadi anak saya sakit apa, Dok?"

Dokter itu tersenyum hangat kepada Aline. "Lucian tidak sakit, Bu."

Aline melirik Roger dan Lufi bergantian, lalu kembali menatap Dokter itu dengan alis bertaut. "Maksudnya, Dok?"

Dokter membuka tas perseginya, mengeluarkan sebuah benda pipih ramping berwarna putih.

Dokter itu melangkah mendekat ke arah seorang gadis yang mematung di samping Aline.

"Cobalah." Ucap dokter menyodorkan benda pipih itu.

Lufi menatap tak karuan. "Ak-aku?" Gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

Dokter mengangguk. "Iya, cobalah testpack ini. Aku sangat yakin kau hamil, dan yang dialami Lucian itu morning sick, gejala yang biasanya dirasakan ibu hamil."

Lufi menatap Lucian yang terbaring lemas di ranjang. Tatapan gadis itu seolah meminta persetujuannya.

Lucian mengangguk lemah. "Iya."

Mendapat persetujuan Lucian, Lufi mengambil sodoran testpack dari sang dokter, lalu melangkah memasuki kamar mandi.

Aline dan Roger saling menatap. Mata Aline sampai berkaca haru.

"Mas! Aaaa aku akan jadi nenek!" Aline menubruk dada bidang suaminya.

Roger mengenggam kedua tangan Aline, pancaran kebahagiaan begitu jelas di matanya. "Sa-sayang ... apa ini  mimpi?"

Aline menggeleng. "Tidak mas, tidak!"

Mereka saling tatap, lalu sedetik kemudian.

"AAAAAAA KITA AKAN SEGERA MENJADI KAKEK DAN NENEK!"

Heboh keduanya bersamaan. Mereka sampai berjingkrak-jingkrak girang saking senangnya.

Dokter menganga, melihat dua tingkah manusia setengah baya itu.

"Oh, jadi begini kelakuan boss mafia saat bersama istrinya." Ucapnya di hati terdalam.

Hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk Lufi keluar dari dalam kamar mandi.

Lufi berjalan menuju sofa, dimana telah terisi penuh oleh Lucian, kedua orang tuanya dan dokter. Gadis itu menunduk, tangannya mengenggam erat benda pengetes kehamilan itu.

Lucian bangkit mendekati Lufi. "Bagaimana?" Tanyanya tak sabar menyerbu benda yang Lufi genggam.

Lucian mematung.
Dunia seakan berhenti berputar.
Pikirannya melayang, disertai jutaan kupu-kupu hinggap di seluruh organ tubuhnya.

Testpack itu menunjukkan tanda + bergaris merah.

"Po— po ... sitif." Lucian tergagap, tangannya bergetar kecil ditambah keringat dingin.

"Thanks god!" Aline menyatukan tangan, mengucap syukur. Ia sangat bahagia.

Roger tersenyum, ia bangkit melangkah ke arah Lucian. Roger menepuk dua kali punggung anaknya. "Selamat, kau akan menjadi ayah."

Lucian tak menjawab. Ia masih mematung untuk beberapa detik.

Lucian menatap testpack di telapak tangannya dan wajah Lufi secara bergantian. Tubuh lelaki itu kaku, tak bisa digerakkan. Lucian terpaku akan kenyataan yang begitu haru.

Lucian akan segera menjadi seorang ayah.

"Luci ... " Lirih Lufi, maniknya mengkilap karena buliran air mata.

Lufi melangkah pelan memeluk perut Lucian dengan erat. Gadis itu menangis di dada Lucian. Lucian masih tetap bergeming.

"Luci, kau tidak suka ya aku hamil? Kau marah? Hiks ... hiks ... hiks ... "

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang