XVI

12.1K 446 44
                                    

Lucian menatap penasaran Jorick yang tengah menelepon seseorang. "Bagaimana?"

Jorick mengancungkan jempol. "Beres Bos!"

Lucian tersenyum miring, ia beranjak mendekati sofa. Lelaki itu berbaring dengan kancing kemeja terbuka tiga.

"Jo cepat mana airnya!"

Jorick terkesiap. Ia langsung membawa dua botol air mineral dari kulkas yang ada di dalam ruang kerja Lucian. "In-ini Tuan." Ia menyodorkan botol itu sedikit gugup.

Lucian membuka rusuh tutup botol. Dengan sengaja, ia menyiramkan air mineral itu langsung ke tubuhnya, membuat kemeja dan celana kantor yang dikenakan Lucian, basah seketika.

"Satu lagi Jo! Siramkan langsung ke kepalaku." Titah Lucian kepada Jorick.

Jorick dengan cepat membuka tutup botol lalu menumpahkan semua isinya ke bagian kepala Lucian.

Byur

Lucian terlonjak kecil saat air dingin itu mengenai kepalanya. "Sialan kau! Pelan-pelan saja!"

Jorick terkekeh gugup. "Sorry boss." Ia memamerkan deretan gigi putihnya dengan jari terangkat dua. Lucian merotasikan bola mata malas.

"Apa ini akan berhasil?" Tanya Jorick.

Lucian mengangkat bahu tak tahu. "Usaha saja dulu, berhasil atau tidak itu urusan belakangan."

Lelaki itu memilih melanjutkan aksi penuh dramanya. Ia berpura-pura menggigil dengan mata tertutup dan bibir terbuka setengah.

"Brrr ... brrr ... brrr ..," Lucian memeluk tubuhnya sendiri yang bergetar kedinginan. Ia melirik Jorick sesaat. "Gimana bagus gak acting saya, Jo?"

Jorick terkekeh sembari menggerakkan kepala heran. "Cocok mendapatkan nominasi aktor terbaik diajang Oscar." Ucapnya melegang pergi dari ruang Lucian.

Lucian terbahak. Asistennya itu memiliki selera humor terlalu receh.

|▪︎|▪︎|▪︎|

Lufi berlari menuju lift khusus di kantor Lucian. Sekarang, Lufi sangat mengkhawatirkan keadaan lelaki itu.

Setelah mendapat telepon dari Jorick yang mengatakan bahwa Lucian pingsan karena terjatuh di kamar mandi, Lufi tidak bisa berpikir positif. Ia was-was dengan keadaan Lucian yang mungkin saja parah.

Ting

Lift terbuka. Lufi secepat kilat masuk ke dalam ruang Lucian. Lufi berjalan menghampiri lelaki yang meringkuk kedinginan di sofa. Tubuh Lucian basah kuyup dengan keadaan mengigil.

Lufi membawa tubuhnya jongkok di pinggir sofa. "Luci, kau tidak apa-apa? "

Lucian mengitip dengan satu matanya untuk melihat Lufi. Ia masih menjalankan acting itu. "Brrr ... tid-tidak Lufi ... brrr ... "

Lufi menatap sendu Lucian yang nampak mengigil hebat. "Dingin banget ya?" Ia mengenggam satu tangan lelaki itu.

Lucian mengangguk disela acting mengigilnya. "To-tolong gantikan ba-bajuku ... brrr." Titahnya dengan nada bergetar juga mata tertutup.

Lufi menggerakkan kepala mau. Ia membantu Lucian untuk duduk bersandar di punggung sofa, sedangkan dirinya berdiri dengan tubuh membungkuk yang langsung berhadapan dengan wajah Lucian. Tangan Lufi begitu lembut membuka satu-persatu kancing kemeja lelaki itu.

Lucian tersenyum sangat kecil akan tingkah polos gadisnya ini.

Selesai dengan kegiatan membuka kancingnya, Lufi perlahan menyeret untuk melepas kemeja itu. Sekarang, Lucian telanjang dada dihiasi dada bidang dan perut sixpack yang mengkilap karena air.

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang