XXXVII

5.5K 306 20
                                    

"Kau yakin, akan menikah?"

Lucian menatap Egan dingin. "Menikah atau tidak, Lufi tetap milikku."

Egan tertawa kecil. "Lufi anakku. Sudah sepatutnya kau meminta restuku!"

"Penting?" Lucian menaikkan alis serta bibir menyeringai sombong.

"Sialan kau!"

|▪︎|▪︎|▪︎|

Tak butuh waktu lama, mobil panjang mewah itu sudah berpijak di depan mansion keluarga Dhe Costra.

Bodyguard sigap membukakan pintu mobil, lalu merunduk hormat saat para penumpang mendaratkan kaki ke tanah.

"Perketat penjagaan. Pastikan tidak ada celah untuk penyusup datang." Tekan Egan, turun terakhir dari dalam mobil.

Anggota divisi keamanan TMA mengangguk patuh kemudian menjawab serempak. "Baik, Tuan."

Egan menurukan seratus anggota TMA di kediaman Dhe Costra. Bukan tanpa alasan, ia tak ingin terjadi sesuatu buruk pada cucu pertamanya. Ya walau para bodyguard Roger sudah ada, namun tetap saja Egan merasa tak cukup.

Masuk ke dalam mansion, para maid berjajar rapih menyambut kedatangan tuan kecilnya.

"Astaga, dia sangat tampan!"

"Benar, benar jalmaan dewa!"

"Menurutku dia seperti fotokopian Tuan Lucian."

"Masih bayi saja sudah sangat tampan. Bagaimana saat dewasa, nanti? Ah pasti lebih tampan."

"Astaga. Lihat, lihat jari mungilnya! Menggemasakan sekali!"

Begitu lah pekikan-pekikan heboh para maid saat pertama kali melihat Lazuar.

Bayi tampan itu masih anteng berada di gendongan Roger. Lazuar tampak tertidur sangat pulas, tanpa terusik sedikit pun.

"Lazuar akan aku tidurkan di kamar. Kalian duduklah di ruang tamu, ada hal yang perlu kita bahas." Roger melengang pergi setelah mengatakan itu.

Lucian mendorong kursi roda Lufi, bersamaan dengan yang lainnya bergerak. Lelaki itu mengangkat Lufi lalu mendudukkannya di sofa panjang.

"Sayang, apa kau lapar?" Lucian mengelus pipi Lufi. Gadis itu menggeleng. "Baiklah. Apa kau lelah? Ingin tidur di kamar saja?"

"Tidak, Luci. Daddy Roger bilang akan mengatakan sesuatu yang penting, maka dari itu aku harus tetap disini."

Roger melangkah keluar dari pintu lift. Setelah menidurkan Lazuar di kamar Lucian, ia segera meluncur ke lantai dasar lagi.

Oh ya, Lazuar disana dijaga oleh puluhan maid. Lufi menolak untuk disewakan baby sitter, dia ingin merawat Lazuar menggunakan kaki tangannya sendiri. Jadi, jangan aneh jika tidak ada penolong ahli bayi disini.

Lucian, Lufi, dan Aline duduk saling bersisian di sofa paling panjang. Eric dan Egan duduk di sofa sebrang yang ukurannya sedikit lebih kecil. Jorick, Cath, dan Sean berdiri di belakang kursi mereka. Sisa sofa single yang akan diisi Roger.

Keadaan hening dan terasa mencekam. Roger dan Egan nampak menguar aura dingin syarat akan keseriusan.

"Describe what you're planning, Lucian."

Lucian berdehem pelan sebelum menjawab perkataan ayahnya. "Hari minggu pukul sepuluh di The Edge Luxury Hotel. Bertema dark fantasy. Aku mengundang sepuluh ribu orang. No dress code, no media crew."

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang