XXVIII

6.8K 331 8
                                    

"Luf-Lufi an-anakku."

Ema berubah datar. Sudah ia duga bahwa Anna dihamili oleh kakak brengseknya ini. Setelah sekian lama Egan baru mau mengakui kesalahannya sekarang. Sungguh malang nasib Anna.

Seperti rules diawal. Ema dilarang menyela ucapan Egan. Ia hanya diam dengan tatapan datar yang menusuk.

"Ak-aku memperkosa Anna."

Egan menatap sendu adiknya yang seolah jijik mendengar perkataannya.

"Malam itu ..... "

Mengalirlah cerita Egan dari sudut pandangnya. Mata lelaki setengah baya itu lagi-lagi tak luput mengalirkan cairan bening penuh penyesalan.

|▪︎|▪︎|▪︎|

Eric memasuki kediamannya. Lelaki yang baru berusia sembilan belas tahun itu melangkah cepat menaiki undakan tangga.

Perlu kalian ketahui. Eric memiliki trauma paten terhadap lift.

"Bi, daddy belum pulang?" Tanya Eric pada salah satu maid paruh baya yang tengah membereskan kamarnya.

Wanita paruh baya itu menoleh, kemudian menunduk hormat sebelum menjawab. "Belum, Tuan."

Eric menghela nafas pelan. "Daddy mungkin sedang diceramahi Nonna."

Eric terkikik atas penuturannya sendiri, hal itu menular pada sang maid yang telah mengabdi belasan tahun di keluarga Miller. Diketahui nama wanita paruh baya itu ialah Ani.

Eric merangkul bahu ringkih Bi Ani. Ia menyadarkan kepalanya disana. "Bi, sudahlah jangan terlalu bersih. Aku kan sudah bilang, berhentilah beres-beres dan biarkan maid lain yang melakukannya."

Bi Ani tersenyum ramah. "Tidak bisa, Tuan. Ini perkerjaan saya."

"Baiklah. Jika Bibi menolak, aku akan bunuh cucu pertama Bibi yang ada di Mürren." Telak Eric melangkah pergi.

Ani gelagapan. Benar-Benar Tuan mudanya itu sangat baik hati, namun cara penyampainya saja yang salah. Ani segera menghentikan kegiatannya lalu menyusul Eric diambang pintu.

"Tuan, maafkan saya." Ani menyatukan telapak tangan, memohon ampun padahal dirinya tidak berbuat salah.

Eric mengatup bibir berusaha menahan tawa. Menjahili Bi Ani adalah keseharian Eric. Bi Ani orang yang baik, dan Eric tahu itu. Bi Ani sudah Eric anggap ibu sendiri. Di usia yang tak lagi muda, Bi Ani masih tetap bekerja untuk menghidupi anak dan cucunya yang ada di negeri Swiss.

"Hm. Buatkan aku air hangat untuk mandi."

"Baik, Tuan." Ani melangkah ke arah kamar mandi. Ia mengatur suhu air bath up agar terisi hangat sesuai keinginan tuan mudanya itu.

Sembari menunggu, Eric meluruskan kaki dengan kepala dan punggung bersandar di kepala ranjang. Eric menutup mata merilekskan tubuh, sebab hari ini dirinya dapat pulang lebih awal dari kantor.

Terbesit nama Lufi dalam pemikiran Eric. Bagaimana Lufi sekarang? Dia baik-baik saja kan?

Ting

Notifikasi ponsel menyadarkan Eric dari pikirannya. Ia segera merogoh saku celana dan melihat siapa pengirim pesan ke benda pipih canggihnya itu.

Sean

Tuan Egan sekarang ada di mansion Roger Dhe Costra.
¹⁵'³⁰

Alis tebal Eric bergerak menyatu. Eric nampak terlihat bingung dengan keberadaan ayahnya. Kediaman Roger? Itu berarti kediaman Lucian juga. Ada urusan apa ayahnya datang kesana?

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang