XXVI

7K 354 30
                                    

"Anna. Mama mengenalnya?"

Emeline terkekeh rendah. Aura halus namun mencekam ia kuarkan.

"Anna. Wanita itu orang yang tangguh." Emeline berucap sembari menyusuri taman bunga. Langkahnya lamban seakan tak ingin menyia-nyiakan satu detik pun.

Egan mengikuti jejak ibunya. Kuping lelaki itu terbuka lebar meraup lebih tajam setiap suara yang Emeline keluarkan.

"Semenjak kehamilannya, Anna sudah berhenti terikat kontrak dengan TMA. Anna berubah menjadi wanita biasa, tidak lagi menggeluti dunia kejam sebagai pembunuh bayaran."

Emeline berhenti sejenak. Ia memandang hamparan bunga-bunga di depan.

Emeline membalikkan badan menatap Egan. "Kau tahu? Taman bunga ini, Anna buat dan rawat untuk menemani keseharianku yang tak lagi muda." Ia kembali menghadap ke depan dan melangkah.

"Anna orang yang baik. Dia memiliki pemikiran cerdik dan dewasa. Hanya Anna yang mau menjadi teman Aline setelah pengucilannya selama 15 Tahun di desa Furore."

Emeline menarik nafas dalam sebelum melanjutkan penuturannya.

"Sejak Aline kembali kerumah ini, dia diagnosis memiliki gangguan kejiwaan yang cukup parah. Aline sering mengalami panic attack saat bertemu orang baru. Aline juga mengidap eating disorder."

Egan meneguk air ludah susah payah. Hatinya berdenyut sakit mendengar semua fakta selama dirinya tinggal di negeri barat.

"Aku— " Emeline memejamkan mata. "Mama hampir gila menghadapi anak dengan segala gangguan kejiwaannya. Sedangkan Papa mu— "

Emeline menjeda. Air matanya luruh tanpa bisa dicegah. "Egor hanya mementingkan kau sebagai penerus clan Miller. Selama bertahun-tahun, kau dan Egor tak pernah pulang ke Milan. Kalian tinggal di Las Vegas dengan alibi pelatihanmu untuk persiapan menghadapi musuh."

"Ma— "

Emeline cepat-cepat memotong tungkasan Egan. "Bertepatan dengan rasa lelahku, Anna datang. Dia diutus Egor untuk menetap di Milan. Anna menyebutkan, tugasnya itu menjagaku dan Aline agar tetap aman, dia juga tetap melakukan tugas utamanya membunuh musuh clan Miller disini."

"Hanya Anna yang mampu membuat kondisi Aline berangsur membaik hingga pulih." Emeline tersenyum nanar, air matanya terus meluruh.

"Anna dan Aline seumuran, namun keduanya memiliki pemikiran berbeda. Mama bahkan tidak bisa mendeskripsikan, bagaimana berjasanya Anna dikehidupanku dan Aline. Wanita itu, melakukan banyak hal yang seharusnya aku balas dengan budi."

Emeline semakin memelankan langkahnya. Ia mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Mengenang masa lalu yang kelam tidak semudah bibir berceloteh. Kenangan pahit itu tercetak jelas dalam memori, hatinya kembali teriris mengingat masa-masa itu.

Emeline menoleh. "Anna mengabdi sampai Aline menikah dengan Roger. Wanita itu memutuskan untuk membeli lahan di samping mansion ini agar tetap bisa dekat denganku."

Egan bergeming. Tubuhnya kaku mendengar semua kepahitan itu. Ia tak bisa berkutik seribu gaya seperti sebelumnya. Egan kini hanya diam.

"Saat Lucian berumur 3 Tahun. Kau datang kemari bersama seorang wanita yang mengaku sebagai calon istrimu."

"Kau tahu, Eg?"

Egan hanya menggeleng pelan.

Emeline terkekeh samar penuh kesesakkan. "Kau tidak akan tahu betapa hancurnya Anna melihat lelaki yang dia cintai pulang dan membawa wanita lain dengan status resminya."

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang