XVII

11.5K 427 16
                                    

Jorick nampak terengah dengan wajah dipenuhi buliran air. Ia menoleh ke samping, dimana ada seorang gadis yang sedang mengelap tangannya dengan tisu.

"Thank you, Cath."

Cath melirik Jorick dengan alis terangkat satu. "Huh? Santai saja."

Jorick tersenyum hangat mendengar jawaban Cath. Ia merasa beruntung memiliki rekan kerja sekaligus sahabat seperti gadis itu.

Jika kalian berpikir bahwa Cath telah membantu Jorick melampiaskan hasrat terpendamnya, kalian semua salah besar.

Beberapa menit sebelumnya.

Jorick mengubah posisi duduknya menghadap Cath. Ia menatap gadis di sampingnya dengan mata berkabut.

"Cath, bisa tolong bantu aku?"

Cath menyatukan alis bingung. "Bantu apa?"

"Tolong ambilkan es batu di pantry dapur." Ucap Jorick melemas. Tubuhnya semakin hilang kontrol bila terus berada di samping seorang gadis.

"Untuk apa?"

Jorick bangkit diikuti gadis itu. Ia melangkah dengan tangan saling terpaut. Jorick takut dirinya hilang kendali.

Cath menyeimbangi langkahnya dengan Jorick. Ia menahan lengan lelaki itu. "Hey Dude, untuk apa es batu itu?"

Tubuh Jorick seperti tersengat listrik. Sentuhan jemari halus milik Cath semakin membuat hasratnya naik.

Jorick melepas tangan Cath yang menahannya. "Aku akan mandi."

"Mandi? Mandi dengan es batu?" Beo Cath alisnya terpaut semakin bingung.

Jorick mengangguk. "Aku mohon, cepat ambilkan, Cath." Nada Jorick semakin terdengar serak, wajahnya pucat pasi.

Cath akhirnya mengindahkan perintah rekan kerjanya itu. "Um ... baiklah. Tunggu sebentar, akan aku ambilkan."

Gadis itu melangkah pergi memasuki lift sampai ada di lantai dasar, kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil beberapa es batu dari kulkas yang ada di pantry.

Cath memasukkan balok es ke dalam wadah kotak. "Segini? Um, sepertinya terlalu sedikit." Monolognya sembari terus memindahkan es batu ke dalam wadah.

"Oke, sudah banyak," Cath melirik wadah yang berisi es batu itu hampir penuh. Ia beralih mengangkat wadah itu dengan kedua tangannya. "A-awshhh ... dingin sekali."

Cath memajukkan bibir karena tangannya terasa kebas akibat dinginnya konduksi es di wadah, ia melangkah kembali memasuki lift menuju lantai atas.

"Jorick ada-ada saja. Kenapa harus mandi dengan es batu? Huh, aneh sekali." Cibir gadis itu sendiri.

Setelah lift berhenti tepat di lantai tujuannya. Cath melangkah malas ke ujung ruangan, dimana terlihat Jorick yang sedang duduk memeluk lututnya sendiri di sisi pintu kamar mandi.

"Nih." Cath menyodorkan wadah kotak.

Jorick mendongak. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan ruam merah di sekitar pipi dan hidung. "Terima kasih." Ia mengambil wadah berisikan es batu itu, lalu beranjak masuk ke dalam kamar mandi.

Cath hanya geleng-geleng kepala tanpa menjawab. Ia melangkah menuju meja kerjanya.

Di dalam kamar mandi Jorick menahan setengah mati hasrat yang semakin membuncah. Ia menekan tombol untuk mengisi air bath up, lalu melempar semua es batu itu ke dalamnya.

Setelah di rasa cukup. Jorick perlahan membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dengan tangan bergetar kecil.

Pelan-pelan Jorick mulai mencelupkan kakinya ke dalam bath up yang sangat dingin itu.

LUFICIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang