Halo. Selamat datang di chapter pertama di cerita ini. Saran aja, kalian baca setidaknya lima chapter pertama untuk memutuskan untuk lanjut atau meninggalkan cerita Aireen&Arkan. Terima kasih.
Pembuka sampai pertengahan ber-genre teenlite (kehidupan anak sekolah), pertengahan ke akhir romance spiritual
Happy reading 💙
________________
'Ketidakpekaanmu adalah musuh terbesarku.'
Aireen Alaskar Admadja
________________
"Aireen! Lo ngapain masi berdiri di sana? Nggak panas apa?"
Gadis dengan kaus oblong hitam polos yang diketahui bernama Aireen tersebut menoleh ke sumber suara. Di sana ada Arkan, sahabatnya dari zaman masih pakai popok. TK bareng. SD bareng. SMP bareng. Bahkan sekarang SMA bareng. Satu kelas! Satu meja lagi! Apakah belum pantas disebut sahabat?
"Kok gue ditinggal, sih?" dengus Aireen berlari ke arah Arkan dan yang lain. Mereka sedang selonjoran di koridor kelas sepuluh yang langsung menghadap ke lapangan. Gadis itu memilih mendudukkan bokongnya di samping Arkan sambil bersandar di dinding.
"Bagi minum, dong. Panas, nih. Haus juga." Aireen mendongak, mengelus leher, mencoba memberi tahu seberapa haus dirinya sekarang. Menatap teman-temannya semelas mungkin, hingga tatapan itu berakhir pada Arkan. Arkan terlihat menghela napas, kemudian berdiri dan pergi tanpa kata sedikitpun.
Aireen menunduk dengan ekspresi murung tercetak jelas di wajahnya. 'Kesel banget tau nggak, sih! Kaya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya! Pokoknya gue ngambek! Gue marah! Gue mogok bicara! Gue kesel sama Arkan! Pokoknya kesel kesel kes-'
"Nih."
Gerutuan batin Aireen terhenti saat sebotol air mineral terpampang jelas di depan wajahnya. Mengerjapkan mata, mendongak dan melihat siapa pelakunya. Bibir yang semula mengkerut mulai berkedut menahan senyum melihat perlakuan Arkan yang tak terduga.
Baiklah, Aireen menarik kembali kata-katanya tadi, dirinya tidak jadi ngambek pada Arkan. Arkan memang ter-the best. Paling tahu, paling mengerti, dan paling perhatian sama Aireen. Paling best pokoknya! Gak salah dirinya jatuh hati sama bujangnya Bunda Kessya ini.
"Makasih sahabatku tercinta."
🔹🔹🔹
"Dari mana?"
Tadi setelah tahu siapa yang ä air mineral dan berujung Aireen keceplosan mengatakan kalimat sakral yang ditujukan kepada Arkan, Aireen langsung berlari kemana saja ta tentu arah. Menghindar dari Arkan lebih tepatnya.
Bahkan teriakan Arkan dan yang lain tak ia hiraukan. Pendengarannya seakan tuli seketika. Dia sungguh malu dan berusaha menyembunyikan wajah yang diyakini telah merah merona.
Rasanya jantung Aireen masi berusaha keluar sampai detik ini. Mendengar suara Arkan, bukannya tenang, justru serasa habis maraton keliling Monas.
'Mami, Arin gak mau mati muda!' batin Aireen.
"Heh! Gue nanya ini. Bengong mulu. Mikirin apa?" tanya Arkan.
"Mikirin lu, Arkan!"
Ingin rasanya Aireen teriak sekuat tenaga di telinga Arkan seperti itu. Namun, apalah daya. Nyalinya tak sebesar itu juga.
"Ta-tadi dari toilet. Iya, toilet. Tiba-tiba kebelet." Aireen memamerkan gigi putih nan rapi miliknya berharap Arkan tak menaruh curiga dengan alibi tersebut.
"Oh. Yaudah. Nih, minum," titah Arkan seraya menyodorkan kembali air mineral yang sedari awal masih di genggamannya. Air mineral yang menyebabkan jantung Aireen berdetak dengan cepat.
"Iya-iya." Awalnya Aireen minum dengan perlahan, tapi mengapa Arkan melihatnya dengan sangat intens. Sampai tak kedip. Please, ini tidak aman untuk jantung Aireen!
'Jangan salting. Jangan salting. Jangan salting.'
"Pelan-pelan aja minumnya. Gak ada yang mau minta." Tanpa sadar Aireen minum dengan terburu-buru. Ternyata tatapan mata Arkan ditambah mantra 'jangan salting' milik Aireen bukan hanya berdampak pada tingkat kecepatan minum Aireen saja, melainkan persentase rasa sukanya pada Arkan. Gawat!
Arkan mengulurkan tangannya dan mengusap bagian bawah bibir sampai dagu Aireen yang basah menggunakan jempolnya dengan santai, berbeda dengan Aireen yang kini mati kutu tak mampu bergerak, tapi tidak dengan perasaannya yang kembali porak-poranda berkat orang yang saat ini menempati tahta tertinggi di hatinya.
Mengerjap mata tiga kali. Mencoba memahami apa yang terjadi. Hingga akhirnya, Aireen sadar dan segera memalingkan wajah. Jantung aman? Tidak!
◾
◾
◾
TBCPart-part awal sengaja dibuat pendek sebagai perkenalan cerita. Tapi makin naik chapternya makin nambah juga jumlah katanya.
____________________________
Tolong bantu vote, comments, dan share cerita ini ya.
Thank you & See you ♡
____________________________9 April 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!
Spiritual'Ketidakpekaanmu adalah musuh terbesarku.'-Aireen Alaskar Atmadja. 'Ternyata begini rasanya jatuh cinta sama sahabat yang tidak peka?'-Aireen Alaskar Atmadja. 'Kulamar kau dengan bismillah. Kuikat kau dengan qolbitu nikahaha. Kubimbing kau dengan a...