AB-ES||Chapter 34

168 23 70
                                    

Tolong tandai typo, teman!
_____________________________

"Allah tidak membutuhkanmu untuk beribadah dan berdoa kepada-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Allah tidak membutuhkanmu untuk beribadah dan berdoa kepada-Nya. Tapi kamu membutuhkan Allah untuk mengabulkan setiap pintamu."
___________________

AB-ES

"Bunda, Bunda. Selama ini, Ana selalu dengar kalau Allah yang selalu kasih Ana apa aja. Allah yang kasih Ana ice cream. Allah yang kasih banyak susu kotak untuk Ana. Terus juga, Allah dekat banget sama hamba-Nya. Tapi Bunda, kenapa Ana enggak pernah lihat Allah ada di dekat kita?"

Ana, Kessya, Bryan, dan Arkan saat ini sedang duduk kumpul di ruang keluarga. Kegiatan rutin, yang dilakukan setiap malam. Mereka punya jatah dan waktu masing-masing untuk cerita dan bertanya. Tentu, Kessya dan Bryan mengontrol yang yang akan mereka ceritakan atau sharing, mau bagaimanapun, seorang anak punya batasan tertentu untuk mendengarkan informasi dari orang tuanya. Meski Arkan sudah cukup dewasa untuk membedakan mana yang baik atau tidak, sudah bisa mengambil keputusan sendiri untuk hidupnya, tetapi tetap, ia adalah seorang anak. Yang artinya tidak semua urusan dan percakapan orang tua ia harus dengar, apalagi Ana yang masih menginjak usia balita.

Ana yang duduk bersandar di pangkuan Bunda, sibuk memainkan jari-jari Kessya yang ada digenggamannya.

Baik Kessya, Bryan, dan Arkan tersenyum mendengar pertanyaan Ana. Mereka senang, Ana sudah mulai kritis dan aktif dalam bertanya. Dan syukurnya, Kessya sudah lebih dulu mewanti-wanti dirinya untuk mempersiapkan jika sewaktu-waktu Ana akan bertanya hal-hal yang sekiranya sangat memutar otak.

Kessya sadar, setiap pertanyaan yang dilontarkan Ana adalah 'poin emas' untuknya menanamkan hal positif pada anaknya. Karena belum tentu, dan bahkan nyaris tidak pernah, pertanyaan itu akan terulang dikemudian hari. Oleh karena itu, Kessya sadar, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Ana ingat, kemarin nanya apa sama, Bunda? Yang Ana selesai berenang, dan kita nonton ikan makan di depan?"

"Ingat, Bunda."

"Apa?"

"Ana tanya Allah ada dimana?"

"Terus, Bunda jawab apa?"

"Allah dekat banget sama kita. Lebih dekat dari ini," jawab Ana menunjuk pergelangan tangannya yang terdapat garis tak beraturan berwarna hijau keunguan.

"Pintar banget anak gadis Bunda. Bisa ingat yang Bunda katakan." Kessya mengusap lembut kepala Ana, mendekap Ana yang ada dipangkuannya sebagai apresiasi keberhasilan Ana mengingat apa yang ia tanyakan kemarin.

Ana terkekeh pelan mendengar pujian dari Bunda. Setelahnya, ia memilih bergeser dari pangkuan Kessya dan mendudukkan diri di samping sang Bunda. Ana suka melihat wajah Ibunya saat menjelaskan sesuatu. "Kalau dekat, kenapa enggak keliatan, Bunda. Harusnya kan, keliatan," tanya Ana dengan ekspresi bingungnya.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang