AB-ES|| Chapter 21

247 49 190
                                    

¤¤
|
¤¤

¤¤
||
¤¤
¤¤

Happy Reading💙
___________


Tolong tandai typo!
_______________________

Selesai membayar semua belanjaan mereka di kasir, Arkan dan Aireen memutuskan untuk singgah ke Cafe and Resto yang ada di Mall tersebut. Ana berubah menjadi pendiam. Mungkin karena selama ini ia selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang sekitarnya. Dan tiba-tiba ada orang yang bahkan tidak ia kenal sama sekali, memperlakukannya dengan kasar. Ana masih shok dengan apa yang baru saja ia hadapi. Semuanya terjadi begitu cepat. Ana masih memerlukan waktu untuk bisa menerima dan melupakannya.

"Ana, masih sakit?" tanya Aireen lembut. Ana masih nempel padanya. Memeluk bak koala. Duduk di pangkuan Aireen. Enggan lepas barang sedetik pun.

"Ana?" panggil Aireen sekali lagi.

Bukannya mendapat jawaban dari Ana, Aireen justru merasakan bajunya terasa basah diikuti dengan tubuh Ana yang tampak bergetar dan terisak. Ana kembali menangis.

Aireen dan Arkan kaget. Mereka saling tatap sesaat dan Aireen buru-buru melepaskan pelukan Ana dengan sedikit paksaan.

Mata, hidung, pipi, pelipis memerah. Air mata yang terus mengalir dengan deras. Bibir Ana juga terlihat lebih merah dari biasanya. Sangat menyedihkan.

"Hey, Ana kenapa nangis lagi, sayang?" tanya Aireen dengan suara sedikit bergerat. Jujur, Aireen juga sangat sedih melihat kondisi Ana saat ini. Ia sudah menganggap Ana seperti adiknya sendiri. Terlahir sebagai anak tunggal, tentu membuat Aireen menjadi lebih dekat dengan keluarga Algatra, terlebih putri kecil mereka.

"Masih ada yang sakit?" ulang Aireen menatap lurus pada manik Ana.

Ana lemah ditatap seperti itu. Terlebih yang menatapnya adalah Aireen. Kakak kesayangannya. "Sakit, Kak, hiks." Suara Ana sudah serak. Saat berbicara pun terdengar bergetar.

"Yang mana yang sakit? Sini coba Kakak lihat."

Dengan masih sesenggukan, Ana mengulurkan kedua tangannya. Terlihat kedua telapak tangan mungilnya merah dan sedikit tergores. Hal ini menunjukkan seberapa keras Resiska mendorong Ana tadi.

Tangan Arkan terkepal. Emosinya kembali naik. Sedari tadi ia hanya melihat interaksi Aireen dan Ana. Ia mempercayakan Ana pada Aireen untuk menenangkan adik kecilnya.

Jika Arkan tahu adiknya sampai seperti ini, ia tak akan semudah itu melepaskan perempuan sialan itu! Ia memalingkan wajahnya, tak ingin melihat luka Ana. Maski hanya goresan kecil, luka tersebut terlihat sedikit berdarah. Hati Arkan sakit melihatnya. Arkan merasa gagal melindungi malaikat hatinya. Ana terluka karena kelalaiannya menjaga Ana!

Aireen memegang tangan Ana. Meniup dan mengecupnya dengan lembut satu persatu telapak tangan Ana kemudian. Tepat di tempat yang memerah dan tergores.

Ana semangkin menangis mendapat perlakuan seperti itu dari Aireen.

Aireen menarik kembali Ana ke dalam pelukannya. Mengusap lembut punggung Ana dan berbisik. "Ana tenang, ya. Kak Arin ada di sini lindungin Ana. Bang Arkan juga ada untuk Ana. Kami gak akan biarin ada yang nyakitin Ana lagi. Kakak sama Bang Arkan akan selalu ada untuk kamu, sayang. Tenang, ya."

Tanpa sadar, air mata Aireen juga ikut menetes. Namun, cepat-cepat ia menghapusnya.

Arkan sudah melihat air mata itu. Air mata yang keluar dari pelupuk mata Aireen. Ia merasa sangat beruntung memiliki Aireen sebagai sahabatnya.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang