AB-ES|| Chapter 13

226 51 30
                                    

¤¤
||
¤¤
¤¤
||
¤¤
¤¤
Happy Reading 💙
___________

Tolong tandai typo!
____________________

Jangan samakan anakmu dengan dirimu, karena dia lahir bukan di zamanmu.
_________________
Ali bin Abi Thalib


Sukses, dilihat dari usaha yang dilakukan. Semakin besar usahanya, maka semakin besar pula peluang keberhasilan sebuah mimpi terwujud.

Begitu pun dengan camping yang akan dilaksanakan Internasional Darmawangsa High School, besok.

Semua persiapan sudah matang dan dipersiapkan jauh-jauh hari oleh panitia yang bertugas.

Lokasi tempat dilaksanakannya camping juga sudah ditinjau langsung oleh guru dan beberapa anggota Osis untuk memastikan keamanannya.

Posisi  letak tenda juga sudah ditentukan. Tanda petunjuk jalan juga sudah diperiksa dan dipastikan, agar ketika hari H, semua berjalan lancar tanpa ada yang tersesat. Segala keperluan yang perlu disiapkan peserta juga sudah di handle oleh masing-masing kelompok.

Namun, sepertinya keadaan itu masih tidak berlaku untuk Aireen Putri Atmadja. Terbukti, saat ini gadis dengan surai coklat tersebut sedang merecoki Arkan untuk menemaninya membeli semua perlengkapan.

Sebenarnya bisa saja, ART yang membantu menyiapkan segala keperluannya untuk camping kali ini. Namun, apalah daya. Aireen tetaplah Aireen yang 'sedikit' ceroboh. Dia sama sekali tidak ingat tentang camping tersebut selama di rumah. Bahkan, jika saja tadi Arkan tidak menanyakannya, dia tidak akan ingat sama sekali.

"Ayo Arkaaan, kawani gue beli perlengkapannya."

"Arkan ayok!"

"Ih! Mamiiii! Arkan jahat, dia gak mau temenin aku beli keperluan camping untuk besok. Dia lebih sayang sama bukunya dari pada aku. Mamiiii! anakmu disakiti sama bujangnya Bunda Kessya, hiks."

Sudah berbagai cara Aireen lakukan untuk mengusik ketenangan pemuda yang sedang santai membaca buku yang tebalnya nauzubillah itu.

Mulai dari menarik tangan Arkan berusaha untuk membangkitkannya dari tempat duduk, tapi sayang, Arkan bahkan tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya.

Membuat keributan dengan jerit-jerit tidak jelas sambil menjadikan panci dan baskom sebagai gendang dadakan, tapi seakan tuli, Arkan juga tidak terganggu sedikit pun.

Berguling di lantai tepat di depan Arkan, pun sama, Arkan tetap tidak perduli. Pemuda itu masih saja setia dengan kekasihnya.

Aireen cemburu melihat itu! Dia juga mau digenggam dan tidak dilepas apa pun situasinya oleh Arkan.

Sampai akhirnya, Aireen stress memikirkan cara  untuk mengalihkan perhatian Arkan dan berujung mencak-mencak di samping sofa yang di duduki Arkan.

Merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Tidak-tidak. Bukan hanya merengek, tapi juga sudah menangis sekarang, bahkan sampai senggugukan.

"Ma-Mami hiks Arkan ja-jahaaatttt! Hiks hiks."

Aireen terus menangis dan sesekali menyedot kembali ingusnya yang sudah mengalir dari hidung.

Mendengar seperti ada suara orang yang sedang menangis, Arkan mulai sedikit terganggu. Sampai akhirnya ia memutuskan mengalihkan pandangannya dari buku ke arah sumber suara.

Kaget.

Satu kata yang menggambarkan kondisi Arkan saat ini.

Bagaimana dia tidak kaget kalau di depannya, ia melihat Aireen dengan keadaan yang sangat berantakan?

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang