AB-ES|| Chapter 7

276 57 62
                                    



Happy Reading💙
__________

Aku tidak pernah menyesali diamku, tapi aku selalu menyesali ucapanku.
_______________________
Ali bin Abi Thalib


Malam ini Aireen, Arkan, Riko, Deden, Malika, Karin dan yang lainnya, terkhusus mereka yang ikut ngamen di kantin tadi, sedang nongki alias nongkrong di cafe yang cukup terkenal di kota mereka. Mau menikmati hasil ngamen dadakan tadi.

"Lo bawa uangnya, kan?" Robby memastikan.

"Betul. Jangan sampai kita disuruh nyuci piring di sini. Kalau nyuci piring doang mah, gak perlu jauh-jauh kemari. Di rumah juga bisa," dengus Karin.

"Ye ... lu pada suuzon mulu sama gue. Nih, uangnya!" Riko mengeluarkan uang hasil ngamen dan meletakkannya di atasmeja dengan raut wajah kesal.

"Ya mana tau kan, lo mau telap noh duit sendiri," tutur Dendi mengedikkan bahunya acuh.

"A'elah, kalo duit segitu doang mah, gue juga ada kali. Kagak perlu pake acara nyolong duit lo pada, hasil ngamen juga," sungut Riko semakin kesal.

"Ka-."

"STOP!!" Perkataan Karin terpotong oleh pekikan Aireen.

"Kok malah ribut, sih! Kita di sini mau nongki, mau have fun. Bukan dengarin lo pada debat," lerai Aireen. Pengang juga telinganya mendengar adu argumen unfaedah mereka. Mendengar suara Aireen, bukan hanya Riko dan Karin yang terdiam, tetapi semua.

"Mbak!" Melihat keterdiaman teman-temannya, Aireen memutuskan memanggil pelayan. Dia sudah sangat lapar. Sudah sedari tadi cacing-cacing di perutnya memberontak meminta asupan makanan, tetapi harus tertunda karena perdebatan unfaedah duo curut.

"Iya Kak, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan dengan sopan.

"Gue mau pesan."

Pelayan yang dipanggil Aireen pamit undur diri untuk mengambil buku menu, dan mengatakan akan segera kembali dan menyerahkannya kepada Aireen dan teman-temannya.

Sungguh, Aireen sudah sangat, sangat, sangat lapar, dan sekarang waktunya memanjakan cacing-cacing di perutnya. Dia sudah sengaja setel tidak makan dari siang agar bisa makan sepuasnya malam ini. Agak licik emang.

'Lumayan, mumpung lagi di luar, jadi bisa makan sepuasnya. Dan yang paling penting, gak perlu keluar duit,' pikir Aireen girang.

"Ini, Kak." Tidak berapa lama, pelayan tadi sudah kembali membawa buku menu dan memberikannya kepada Aireen, bersiap mencatat apa saja yang akan dipesan oleh customer-nya.

"Gue mau pesen, hmm ... spaghetti carbonara dengan ekstra keju satu, ayam bakar madu satu, udang saus padang satu, cumi crispy satu, nasi goreng spesial pakai telur mata sapi setengah mateng satu. Terus minumnya, gue mau jus strawberry satu, jus jeruk satu, chocolate milkshake satu, sama air mineral satu botol, sama desert-nya gue mau puding coklat satu, eh nggak-nggak, gue mau tiga. Oh iya, satu lagi, sup buntut lengkap juga."

"BUSET! Lu pesan sebanyak itu, Rin? Bakal habis itu sendiri?" Riko menatap ngeri ke arah Aireen. Mereka satu meja melongo tak percaya mendengar pesanan Aireen. Termasuk pelayan yang akan mencatat pesanan mereka. Bahkan Arkan pun sama. Bukan apa-apa, dia tahu seberapa besar lambung Aireen dapat menampung makanan.

"Kenapa? Gak boleh gue pesen segitu? Hah?!"

Glek!

Susah payah Riko menelan ludahnya. Ngeri juga ternyata, kalau orang cantik lagi lapar marah.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang