AB-ES|| Chapter 40

282 20 8
                                    

Tolong tandai typo, teman!
________________________

Tolong tandai typo, teman!________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku kehilangan jejak 'dia'."

Di sebuah kamar minim cahaya, terdapat seorang laki-laki yang mengenakan hoodie berwarna hitam sedang berbicara dengan seseorang dari telepon genggamannya. Urat di sekitar leher dan dahinya menonjol adalah pertanda bahwa ia sedang dalam situasi hati yang tidak baik.

"Bagaimana bisa?! Bukan kah sudah saya katakan untuk terus mengawasinya?!"

"Aku hanya bertugas mengawasinya di sekolah. Bukan ranahku untuk mengawasinya di luar dari itu!"

"Apa kau sudah memastikannya? Selama beberapa waktu ini, apa kau sudah melihatnya?"

"Dia sudah tidak ada, bukankah itu artinya tugasku sudah selesai? Aku sudah bisa keluar dari sekolah itu!"

"Jangan! Tetaplah di sana. Kau masih harus memastikan sesuatu! Pantau terus mereka. Saya yakin dia tidak akan meninggalkan mereka tanpa pesan, tidak lama lagi, dia pasti menghubungi mereka! Saya mengenal bagaimana dia."

"Baiklah. Tapi jika dalam waktu tiga bulan ke depan tidak ada perkembangan, aku akan keluar dari sana, meski tanpa perintah darimu!"

Tanpa menunggu balasan dari seberang sana, lelaki tersebut sudah lebih dulu mematikan sambungan secara sepihak.

Melangkah mendekati jendela dengan gorden abu yang terbuka lebar menyisakan jendela kaca yang tertutup rapat, ia memilih memandang indahnya keramaian dan sinaran dari lampu penduduk yang menghiasi gelapnya malam. Tampak mengagumkan dari tempatnya kini berdiam diri bersedekap dada.

"Aku sudah mengawasinya sejak lama. Rasa sayang itu telah tumbuh. Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya, jika saja aku mendapatkan satu petunjuk saja alasannya, jangan harap bisa lepas dari kendaliku!"

"Kara."

🔹🔹🔹

"Arkan mana?"

Deden yang baru memasuki rumah Riko menanyakan keberadaan seseorang yang biasanya paling mencolok di antara mereka, meski ia hanya berdiam diri. Memiliki garis wajah dan keturunan luar, jelas menjadi point tersendiri bagi Arkan jika berkumpul dengan teman sekolahnya.

"Gak tahu. Tapi tadi kata Riko dia lagi ngajarin Ana baca." Malika mengatakan apa yang ia dengar sebelum Riko pergi ke dapur untuk membantu membawakan minum untuk mereka.

"Jadi dia gak gabung? Padahal kita lagi bahas tentang Aireen." Rangga kembali memastikan apa yang ia dengar. Rangga baru saja tiba tidak lama setelah Deden melontarkan pertanyaannya. Bukan apa-apa, hanya saja biasanya jika berhubungan dengan Aireen maka Arkan akan maju paling depan, tapi kali ini? Rasanya sedikit aneh.

"Kan udah gue bilang, dia udah gak perduli sama Aireen! Tapi lo pada gak percaya!" Andy benar-benar tidak menutup-nutupi ketidaksukaannya pada Arkan. Sejak hari diketahuinya Aireen menghilang, sikap Andy sedikit berubah. Bahkan ia tidak segan-segan meninggikan suaranya untuk menunjukkan ketidaksukaannya. "Sekarang liat, dia gak datang karena alasan sepele!" sinis Andy melanjutkan perkataannya.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang