¤¤
||
¤¤
¤¤
||
¤¤
¤¤Happy Reading💙
____________Tolong tandai typo!
______________________"Eh, Bang, Bang. Stop, Bang!" ucap Aireen brutal pada pengemudi ojek yang ia tumpangi siang ini, tak lupa kedua tangannya juga aktif dengan perannya masing-masing, yakni memukul kedua pundak lelaki muda di hadapannya. Sudah menjadi rutinitas dari beberapa hari lalu, Aireen mengandalkan ojek sebagai alat transportasinya.
"Kenapa, Neng?"
"Puter balik, Bang. Puter balik. Cepetan, Bang!" titah Aireen dengan tidak sabaran.
Pengemudi ojek yang sedang ditumpangi oleh Aireen heran, di saat lagi enak-enaknya berkendara, tiba-tiba bahunya dipukul dengan tidak sabaran sambil terus berkata, "Putar balik, Bang. Jangan maju ke depan lagi. Puter balik sekarang!"
"Hah, ada apa, Neng?" Meski bingung, pengemudi ojek tersebut tidak punya pilihan lain, selain mencari celah agar bisa menuruti kemauan pelanggannya. "Iya, sabar, sebentar atuh, Neng. Ini padat, susah mau belok."
"Gak ada yang nyuruh Abang belok. Saya nyuruh Abang putar balik. Bukan belok."
"Ah, terserah, Neng lah." Pasrah, hanya itu yang bisa lelaki itu lakukan, jika ia ladeni, urusannya bisa panjang, belum lagi perdebatan antara siapa yang benar dan siapa yang salah. 'Lagi PMS kali ya ini si Neng geulis, galak amat.'
Setelah mendapat celah, Abang ojek tersebut langsung menyalip dan menyelinap untuk 'putar balik'. Menempuh kembali jalanan yang sudah mereka lewati sebelumnya.
"Berhenti, Bang!!"
"Astaghfirullah, Neng! Jangan teriak-teriak, atuh. Saya kaget. Gak elit banget kalau kita sampai nyungsep ke selokan."
"Ngomelnya nanti aja, Bang. Tunggu di sini. Jangan ke mana-mana. Awas, loh. Jangan pergi!"
Belum sempat ia menjawab, remaja yang menjadi penumpangnya sudah melenggang pergi meninggalkannya.
Menghela napas panjang, pengemudi ojek tersebut kembali mengarahkan pandangannya pada gadis yang perlahan mulai menghilang dari jangkauan. "Huuh, sabar Alviiin. Itu anak lagi PMS kali. Pertama ketemu ngajak nikah, terus dituduh pedopil, sekarang malah diajak mati. Ya Allah, maapin Baim ya Allah."
Memperhatikan keramaian aktivitas kota yang padat di siang hari, menjadi cara mengalihkan rasa bosan versi Alvin. Melihat bagaimana wajah-wajah kelelahan orang-orang yang berlalu lalang, meski belum seharian bekerja, bercampur rasa senang sebab waktunya makan siang telah tiba. Ngomong-ngomong soal makan siang, jadi teringat ia juga belum makan siang, kasihan anak di perutnya kelaparan sampai nangis meronta-ronta.
Mengulurkan tangannya, Alvin mengelus perutnya pelan.
"Kamu hamil anak siapa, Bang!"
"Allahu Akbar! Ih, si Neng suka banget buat orang kaget, yak. Syukur jantung saya gak copot."
"Abang mah lebay, gitu aja jantung sampai copot. Lagi kalau copot juga nggak keliatan."
"Astaghfirullah, Neeeng. Gak boleh gitu atuh ngomongnya, gini-gini saya lebih tua loh dari, Neng."
"Ya Allah, maap Bang. Jadi gak sopan sama orang tua. Yaudah yuk, Pak."
Rahang Alvin jatuh mendengar panggilan baru dari Aireen. Gak salah sih, tapi ... mengapa ia tidak suka dipanggil Pak oleh pelanggannya ini ya?
"Neng, gak perlu manggil Pak, deh. Saya aneh dengarnya. Kaya biasa aja manggilnya, Neng. Itu kan juga untuk orang yang lebih tua.
Aireen mengangguk singkat. "Yaudah, ayo kita capcus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!
Spiritual'Ketidakpekaanmu adalah musuh terbesarku.'-Aireen Alaskar Atmadja. 'Ternyata begini rasanya jatuh cinta sama sahabat yang tidak peka?'-Aireen Alaskar Atmadja. 'Kulamar kau dengan bismillah. Kuikat kau dengan qolbitu nikahaha. Kubimbing kau dengan a...