AB-ES|| Chapter 43

107 12 1
                                    

Tolong tandai typo, teman!
_____________________________

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, tidak terasa sembilan tahun sudah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, tidak terasa sembilan tahun sudah berlalu. Pahit manis kehidupan sudah lebih banyak mereka rasakan. Sudah banyak pula cerita yang terukir dan menjadi pembelajaran.

"Car."

"I'm not a vehicle! Get my name right! Both have different meanings and I don't like those. Don't call me by car or lone. But call me Carlone. You understand?!"

"Okay. I will call your name properly, i will call you Carlone from now on. So, please be mine, be my girlfriend."

"Stop it, Jae. I don't want to be your girlfriend. I don't want to go to hell alone let alone with you. I want to join my family to go to heaven. I don't want my father and brother to go to hell because of me. Until here, do you understand what I mean?"

Adriana Carlone Algatra, gadis dengan hijab putih menjuntai yang kerap disapa Carlone oleh teman sekolahnya tersebut sungguh sudah merasa sangat muak dengan ini semua. Sudah entah keberapa kali pemuda di hadapannya menyatakan hal serupa sejak tiga bulan lalu. Sudah tidak ada lagi masa tenang bagi dirinya di sekolah ini.

Pemuda bernama Jae tadi terdiam mendengar penuturan Carlone. Selama ini, Carlone hanya akan menolaknya tanpa embel-embel lain. Kalau Carlone tidak ingin bicara, ia akan diam tanpa merespon dan langsung pamit tanpa menanggapi ucapannya, tapi kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya, Carlone berbicara panjang lebar dengannya, menyuarakan ketidaksukaannya bahkan alasan gadis itu menolaknya sedari awal.

Tidak ada nada tinggi selama ia berbicara. Suara itu lebih terdengar seperti orang yang sudah putus asa, lemas, letih, lesu dan tak bertenaga. Bahkan tatapan gadis itu hanya tertuju pada satu titik yang tidak lain adalah tugu depan sekolah, tidak sekalipun tatapan itu menatap wajahnya. Benar, jika Jae ingat-ingat, hanya sekali Carlone pernah menatap wajahnya, yaitu pada saat pertama kali mereka bertemu, itupun tidak lebih dari dua detik!

"Please, don't bother me again after this. I want to return to peace in this school. I want to study quietly. Please."

Jae tetap diam. Bingung ingin merespon seperti apa mendengar permohonan Carlone. Selama ini, ia kira hanya bersaing dengan manusia lain yang entah berada dimana. Namun kini ia tahu, bahwa ia bersaing dengan keyakinan dan komitmen gadis itu. Lalu sekarang, ia bisa apa?

"Assalamu'allaikum." Tidak ingin berlama-lama, Carlone memilih pergi meninggalkan Jae, terlebih ketika menyadari mobil yang biasa menjemputnya telah terparkir rapi tidak jauh dari gerbang keluar sekolah.

"Wa'allaikumussalam," lirih Jae menatap lurus gadis dengan hijab katun putih yang membungkus sempurna kepalanya dan perlahan menghilang dari pandangan, seiring dirinya berbelok ke kiri gerbang.

🔹🔹🔹

"Selamat atas kerjasamanya. Saya harap, kita bisa melakukan yang terbaik kedepannya."

"Sama-sama Mr. Algatra. Saya ucapkan terima kasih."

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang