AB-ES|| Chapter 31

157 18 28
                                    

Tolong tandai typo ya teman.
_______________________________

Jika kamu mencintai seseorang biarkanlah dia pergi, jika dia kembali dia milikmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kamu mencintai seseorang biarkanlah dia pergi, jika dia kembali dia milikmu. Namun, jika dia tidak kembali ketahuilah dia bukan milikmu.
___________________________
Ali bin Abi Thalib

Pagi ini, Arkan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Bergabung bersama Daddy Bryan, Bunda Kessya dan adik manisnya, Ana. Hari ini adalah hari terakhir ujian. Arkan sudah mantap untuk menuntaskan segala yang sudah terjadi selama ini, begitu bel berbunyi nanti, ia akan langsung bicara dengan Aireen. Arkan sudah merasa tidak nyaman dengan semua ini.

"Abang, mau gendong," ujar Ana manja. Ana menjulurkan tangannya ke arah Arkan yang tengah berjalan menuju meja makan.

Mempercepat langkahnya, tanpa bantahan, Arkan langsung membawa Ana dalam gendongannya. Pemuda tersebut tersenyum tipis melihat tingkah Adik kecilnya ini.

Ana mengalungkan tangannya pada leher sang Abang, guna memeluk Arkan. "Kangen," lirih Ana di ceruk leher Arkan.

"Abang juga kangen sama Ana. Maaf ya, selama ujian, Abang jarang ada waktu sama Ana." Arkan mengusap punggung Ana lembut. Menganggukan kepala sebagai respon, Ana menggesekkan hidungnya pada leher Arkan.

"Geli, Dek." Arkan tertawa ringan. "Udah ya, nanti Ana jatuh, loh," lanjut Arkan di sela tawanya.

"Mau main sama Abang lagi."

Menarik napas dalam, Arkan mengeratkan pelukannya pada Ana. Jujur, ia merasa bersalah pada Adik bungsunya. Karena terlalu fokus dengan ujian dan belajar, Arkan melupakan waktu bermain bersama Ana.

Arkan menatap wajah menggemaskan Ana, dan tersenyum tips. "Iya. Nanti pulang sekolah, Abang main sama Ana, ya?"

"Benar?" binar Ana.

"Iyaaa."

"Sama Kak Ririn juga?"

"Iya sayaaang. Senang?"

"Senang! Makasih, Abang!" seru Ana semangat. Semakin mengeratkan pelukannya pada Arkan, dengan senyum yang mengembang sempurna pada bibir ranumnya.

"Iya sama-sama."

Baik Bryan maupun Kessya tersenyum melihat kasih sayang antara Abang beradik ini. Mereka tidak malu untuk menunjukkan rasa sayangnya. Terutama Arkan, meski sudah akan menginjak usia delapan belas tahun, ia tidak malu memiliki Adik dengan selisih usia yang cukup jauh di bawahnya.

Bunda Kessya mengampiri kedua anaknya. "Udah, Ana turun dulu, Nak. Abangnya mau sarapan. Nanti Abang telat, terus gak bisa fokus ujiannya karena gak sarapan. Yuk, turun yuk," bujuk Bunda Kessya, menjulurkan tangan, agar Ana mau turun dari gendongan Abangnya. Mau bagaimanapun, Kessya tetap memikirkan putra sulungnya yang masih harus menghadapi ujian di sekolah. Dan Kessya tidak akan mengizinkan anaknya pergi dengan perut kosong.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang